Sabtu, 29 Maret 2014

MENYELAMLAH sendiri…Jangan hanya karena KATANYA

Malam itu ketika di tempat latihan Persaudaraan Setia Hati Tetate, aku bersama seniorku sebut saja namanya Mbah, kami lagi asyik ngobrol panjang sambil memantau para siswa latihan, Mbah bgt sederhana menurutku, Kesederhanaan hidupnya tercermin dalam rutinitas sebagai karyawan kecil pada sebuah Perusahaan, Dia nampak selalu tegar dan murah senyum dalam lingkungan kelurga kecilnya. Dalam obrolan perkenalan ini ada hal yang membuatku tergelitik untk mengetahui lebih dalam ttg prinsip hidup Mbah ini. Ketika aku melontarkan pertanyaan apa yg bisa membuat mbah ini begitu tegar, murah senyum dan nampak bersemangat yg menyiratkan kebahagiaan dan kenyamanan dlm hidupnya. Mbah... apa sebenarnya yang membuat panjenengan bgt semangat dan terkesan santai ( tdk ngoyo ) menjalani hidup ini, ” aku berseloroh “. Mas, Urip kwi nggur ” sawang sinawang ” sergah si Mbah. Donyo brono dudu ukuran seng biso ndadekno menungso urip bungah utowo seneng, Urip kwi biso digawe gampang ugo biso digawe susah. Intine ” Gampange wong Urip kwi, Uripe wong Gampang. Angele wong Urip kwi Uripe wong Angel “ .Intine Susah lan seneng kwi ono njerone awake dhewe, dudu onok njabane awak, dadine nek jarene piwulang Agomo, Surgo lan Neroko iku yo neng njerone awake dhewe seng wes diraksakno saiki dudu mengko lek wes tumekaning pati. Sebelum si Mbah melanjutkan pembicaraannya, aku menyela…” Loh, bukannya di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Surga dan Neraka bisa ditemui di alam akherat nanti Mbah??? “. Si Mbah menimpali, Lo iku lak jarene Tulisan nok Kitab Suci, opo sampeyan langsung mbok tompo mentah mentah???...Contone yen awakmu arep maem kacang opo yo kok maem sak kulite???... Perkataan si Mbah ini membuatku tertarik untuk melanjutkan diskusi sambil melihat siswa kami berlatih,sambil ditemani suguhan wedang Kopi. Dengan semangat akupun melanjutkan pertanyaan seperti di bawah ini : Aku : Mengapa orang mesti beragama? Si Mbah : Siapa yang mengatakan mesti? Aku : Sejak kecil aku dinasehati untuk menjadi orang yang taat beragama, karena hanya dengan demikian orang akan masuk surga. Dan bekerjalah untuk mencari uang yang banyak supaya bahagia di dunia. Si Mbah : He, he…dan engkaupun percaya? Aku : Mau tidak mau, karena hanya dengan begitu aku bisa masuk surga, dan bahagia di dunia. Siapa yang tak ingin bahagia dunia akhirat? Si Mbah : Lantas, apa yang kau maksud dengan surga? Aku : Menurut yang kuterima, itu adalah sebuah tempat yang teramat indah, yang didalamnya ada kebun yang indah, sungai mengalir di bawahnya, dan yang paling menarik..ada bidadari-bidadari yang teramat cantik… Si Mbah : Ooooo….jadi engkau berjuang menjadi pemeluk agama yang taat agar bisa menikmati semua itu? Aku : Ya, kurang lebih begitu…. Si Mbah : Bagaimana jika semua itu tak ada? Apakah engkau masih akan taat beragama? Aku : aku belum memikirkannya…. Si Mbah : Ternyata…engkau itu pribadi yang tak ikhlash..kau berbuat sesuatu karena ada maunya…ada pamrih Aku : Bukan begitu mbah…aku hanya mengikuti apa yang diajarkan kepadaku…. Si Mbah : He, he…kini engkau berkilah…… Tapi baiklah…itu juga tidal salah,namun apakah yang mengajarkanmu demikian, pernah melihat surga? Apakah mereka tahu pasti bahwa surga itu ada? Aku : aku tak yakin..yang kutahu..mereka mengatakan surga itu ada karena itulah yang dikatakan Kitab Suci… Si Mbah : Oh..jadi, diapun belum pernah tahu dan melihat sendiri….. Aku : Lalu apa salahnya..bukankah yang dikatakan Kitab Suci itu pasti benar? Si Mbah : Yang bilang salah siapa? aku hanya ingin tanya, apakah pemahamanmu, dan pemahaman orang-orang yang mengajarimu tentang yang dikatakan di dalam Kitab Suci itu kamu terima mentah mentah atau kamu onceki lagi...,dan apakah itu sudah menjadi keyakinan akan sebuah kebenaranmu?? Aku : Kalau boleh jujur, kemungkinannya bisa benar ya bisa salah… Si Mbah : Lalu, apa yang bisa menjadi tolak ukur bahwa pemahaman itu benar atau salah… Aku : Bukankah..pemahaman terhadap Kitab Suci itu sudah baku? Bukankah semua ulama memahami bahwa memang surga itu seperti yang dikatakan di dalam kitab suci, dan bahwa itu hanya diperuntukkan bagi orang yang Beriman? Si Mbah : Itulah masalahnya….kamu menganggap sesuatu yang cuma merupakan pemahaman, persepsi, hasil olah pikiran, sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan baku… Aku : Lalu…bagaimana semestinya…? Si Mbah : Mari kita bicara tentang sebuah samudera. Menurutmu, bagaimana caranya agar kita bisa tahu tentang samudera itu? Apakah kita sudah punya alat untuk mengetahuinya? Aku : Dengan mataku, aku bisa melihat permukaan samudera yang biru… kadang aku bisa melihat kapal berlayar di permukaan samudera itu… Si Mbah : Baik…lalu apa yang ada di balik permukaan samudera itu? Ada apa di kedalamannya? Aku : aku bisa menduga-duga dengan pikiranku..mungkin di dalamnya banyak ikan…mungkin juga ada terumbu karang..atau barangkali ada kapal selam…. Si Mbah : Apakah pasti demikian yang ada di dalam samudera? Aku : Ya belum tentu….. Si Mbah : Satu2nya cara untuk mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam samudera itu kamu harus menyelam..kamu harus masuk ke kedalaman…. Aku : Tentu saja mbah… Si Mbah: Lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa tahu hakikat surga? Aku : Pertama, aku sekadar mempercayai apa yang dikatakan oleh orang yang menurutku pintar…Kedua, aku gunakan akalku untuk menduga-duga seperti apa surga itu…Tapi, jelas, aku memang tak akan tahu banyak tentang surga jika begitu…Yang paling mungkin membuat aku tahu kebenaran surga..ya aku harus masuk dulu ke situ..aku harus menyaksikannya langsung…. Si Mbah : Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukannya? Aku : Bukankah itu tak perlu? Bukankah sudah ada kitab suci? Bukankah sudah ada ulama yang membimbing kita? Si Mbah : Kalau kau tak lakukan, kau tak akan pernah tahu kebenaran sesungguhnya… kau hanya akan terus dalam praduga, prasangka….bahkan sejatinya, kau juga tak akan tahu apakah yang selama ini kau yakini, yang kau terima sebagai ajaran dari sekian banyak orang yang kau anggap pandai itu, benar atau salah…. Aku : Panjenengan benar…..tapi Pripun Mbah? Si Mbah : Di dalam dirimu,dalam Qolbumu…sesungguhnya ada pintu gerbang untuk mengetahui hakikat kebenaran yang selama ini tersembunyi? Aku : aku tak pernah mendengar hal itu… Si Mbah : Ha..ha…ha…. Aku : Mengapa tertawa mbah..?? Si Mbah : Kau naif sekali…Kau yakin sekali sebagai pemilik tunggal surga, tapi hal sepele begitupun kau tak tahu… Aku : Ajari aku mbah….aku sadar bahwa aku memang naif.. Si Mbah : Untuk bisa menemukan gerbang itu..kau harus melakukan banyak hal: kau harus singkirkan kedengkian, amarah, keserakahan, dan berbagai keburukan lainnya dari dalam hatimu… Lalu, kau sering-seringlah memasuki alam keheningan,sering seringlah Olah Rosso " Maladi Hening"...buat pikiranmu diam sejenak..biarkan dirimu terhubungan dengan suara di dalam hatimu, Latihlah terus menerus,Agar engkau masuk ke Sejatining Rosso,atur nafasmu dengan nafas halus, pusatkan pikiranmu,buang semua urusan duniamu, niatkan dan sebutlah Tuhanmu , yang bersemayam di dalam Qolbumu,Dzat yang Menguasai Jiwamu,berserah diri untuk mencapai kesadaran sejati,kemudian Cahaya Tuhan akan membawamu masuk kedalam Alam Semesta Jiwamu,dan kau akan dapati kebenaran dan kebahagiaan Sejati…Berikutnya…kau harus berbuat baik kepada semua yang ada di sekitarmu…termasuk kepada pepohonan, bebatuan, langit, penghuni langit, tetangga, leluhur, dan semuanya…mka kehidupan dan kebutuhan duniamu tercukupi, Karna Tuhan dan Alam semesta akan selalu menolongmu. Aku : Berat sekali mbah…. Si Mbah : Ha, ha..begitu saja sudah berat kok yakin jadi pemilik surga…. Ya sudah, berhubung sudah larut kita akhiri jagongan ini, istirahat dulu bukannya besok kau akan menyelam??? nanti kau akan tahu sendiri keindahan di dalam laut setelah kau menyelaminya sendiri bukan dari cerita2 yg dutuliskan orang lain dlm buku. Aku : Baik mbah... terima kasih sudah bersedia menemani dan mengantarkan saya menyelam besok pagi. Begitulah secuil ceritaku dengan si Mbah....monggo sami sami nyemplung!!...hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar