Sabtu, 29 Maret 2014
MENYELAMLAH sendiri…Jangan hanya karena KATANYA
SEMEDI, DZIKIR, MEDITASI ,dan PERNAFASAN HALUS
Selasa, 18 Maret 2014
Meditasi dan Prinsip Hidup
Jumat, 14 Maret 2014
Dimensi Ruh Manusia
Kamis, 13 Maret 2014
Roh dan Roh
Minggu, 09 Maret 2014
Tarian Jiwa
Sabtu, 08 Maret 2014
Meditasi/Berkholwat Menembus Dimensi
Kamis, 06 Maret 2014
Biografi Sultonul Aulia Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
Bimo dan Dewo Ruci
Menyelam ke Samudra Jiwa dan Ruh
Rabu, 05 Maret 2014
Inti Lelaku Manusia Setia Hati
Selasa, 04 Maret 2014
Persaudaraan Setia Hati Terate Rayon Warugunung
Setia Hati Ilmu Kesempurnaan Hidup
SETIA HATI
SULUK KASAMPURNAN
SEBUAH PENELUSURAN, PENEMUAN, DAN
PENDALAMAN PRIBADI AJARAN “SETIA HATI"
I. SUATU PERTANYAAN PRINSIP
SETIA HATI BUKAN NAMA PERGURUAN, BUKAN
NAMA ORGANISASI AKAN TETAPI SUATU
AJARAN/SUATU PRINSIP HIDUP/SUATU
PETUNJUK MENUJU KASAMPURNAN
TAHUKAH KITA, APA MAKNA & TUJUAN
SEBENARNYA DARI FALSAFAH “SETIA HATI“ ?
APAKAH KITA TELAH MENYADARINYA DAN
MELAKUKANNYA ?
BAGAIMANA METODE YANG KITA
PERGUNAKAN ?
INTI FALSAFAH “ SETIA HATI “
TERDIRI DARI DUA SUKU KATA : “ SETIA “ & “
HATI “
ARTI MAKSUD :
“ SETIA (KATA PERBUATAN SATU) “ DARI DIRI
DIRI :
WADAG (diatur oleh nafas, tanah, api, dan
udara) DAN NYAWA/BADAN HALUS/KARTIKO–
SUWASONO (menjadi badan kehalusan,
dilengkapi Napsu2, dihidupkan oleh Nur
Illahi, dijaga Malaikat & para Kadang sak
kelahiran)
KEPADA HATI NURANI :
Yang dimaksud adalah NUR ILLAHI/INGSUN/
URIP LANGGENG yang bersemayam didalam
hati nurani.
Jadi:
SETIA HATI merupakan Falsafah Hidup, bahwa
manusia Setia Hati adalah manusia yang sadar
MENYATU antara WADAG (RAGA DAN NYAWA)
dengan NUR ILLAHINYA ATAU SUKMA
RAGA DAN NYAWA YANG SETIA KEPADA
“OSIKING KOLBU KANG SUCI/DAWUHING
GUSTI“
Sehingga dapat diperjelas menjadi KESETIAAN
TULUS DARI MANUSIA UTUH RAGA DAN
NYAWA KEPADA TUHANNYA YANG MAHA SUCI,
MAHA KUASA, KANG TAN KENO KINOYO
NGOPO, KANG TANPO WINATES.
MANUSIA SETIA YAITU KATA PERBUATAN
SATU.....PERBUATANNYA AKAN SAMA DENGAN
PERKATAANNYA....SATU ATAU MANUNGGAL
YAITU SUKMA KITA YANG MANUNGGAL
DENGAN GUSTI, DAWUHING GUSTI ATAU
BIMBINGAN NUR ILLAHI YANG BERSEMAYAM
DI DALAM HATI NURANI. WADAG (RAGA DAN
NYAWA) HANYALAH BUNGKUS. PERUMPAMAAN
MANUNGGAL ADALAH SEPERTI GULA YANG
MANUNGGAL DENGAN RASA MANISNYA,
SEPERTI GARAM YANG MANUNGGAL DENGAN
RASA ASINNYA, SEPERTI PENULIS YANG
MANUNGGAL DENGAN PENANYA, SEPERTI
PENARI YANG MANUNGGAL DENGAN
TARIANNYA.TERCAPAI KESADARAN BAHWA
MANUSIA HANYA RASA MANISNYA BUKAN
GULA, MANUSIA HANYA RASA ASINNNYA
BUKAN GARAM, MANUSIA HANYA PENANYA
BUKAN PENULIS, MANUSIA HANYA TARIANNYA
BUKAN PENARI.SEMUA MILIK DAN KARYA KITA
DI DUNIA HANYA MILIK SANG SUMBER
SEDANGKAN KITA HANYA ALATNYA SAJA.
SEHINGGA TERCAPAI KESADARAN TULUS YANG
DI HAYATI DENGAN BAIK BAHWA KITA SEMUA
HARUS BERTERIMA KASIH KEPADA TUHAN
YANG MAHA ESA ATAS SEMUA KEJADIAN DAN
KEADAAN YANG DIBERIKAN KEPADA KITA. KITA
HARUS NDEREK KERSANE GUSTI.
II. SAPTO WASITO TOMO
1)
TUHAN MENCIPTAKAN ALAM SEMESTA
SEISINYA DENGAN MELALUI SABDA NYA.
SEBELUM DISABDA, SEGALA SESUATU BERADA
PADA YANG MENYABDA
SEBELUM BUMI LANGIT ADA, MASIH PADANG
AWANG UWUNG BELUM TERDAPAT APAPUN,
YANG ADA ADALAH TUHAN = DZAT = HIDUP
SEMPURNANYA TUHAN = DZAT HIDUP
ABSOLUT, YANG MENGHIDUPI “
MARGA WASPADA –MARGA WASKITA –MARGA
BIJAKSANA “
GERAK DZAT HIDUP MENIMBULKAN
PENJELMAAN, YANG KEMUDIAN DISERTAI
SUARA GURUH DAHSYAT, JADILAH ALAM
SEMESTA SEISINYA “ KUN FAYAKUN “ APA YANG
DISABDAKAN MAKA JADILAH ITULAH SABDA
SANG ESA
KATA2 : TUHAN –ALLAH –DZAT –YAHWE - GOD
= TUTUR KATA MAKNAWIYAH DALAM HAKEKAT
FILSAFAT JIWA SEMPURNA DARI HIDUP TUHAN
YANG LANGGENG KATA2: TUHAN –ALLAH =
ANCAR2 SUATU PENUNJUKAN
2)
SETELAH ALAM SEISINYA DISABDAKAN, MAKA
TUHAN MENYERTAI SABDANYA
CIPTA DARI SABDA YANG ESA, ADALAH
MANIFESTASI PENJELMAAN UCAP, YANG
DISEBUT “ SUATU HIDUP YANG ESA “ CIPTA
YANG TERJADI DARI SABDA NYA,
MENGANDUNG DIA YANG MENYABDA SELAMA
ALAM SEMESTA MASIH ADA, MAKA YANG MAHA
ESA TETAP MENYERTAINYA & ADA KEHIDUPAN
DIA YANG MENYERTAI ITU, BERSEMAYAM
DALAM LUBUK HATI SANUBARI /ANGKASA
JANTUNG KEHIDUPAN BILA KEHIDUPAN ITU
DITIADAKAN, MAKA DENGAN SENDIRINYA
KEMBALI KEALAM SEMULA, IALAH ALAM
SUWUNG/SONYA {Pada kebatinan Islam Jawa,
disebutkan, Tuhan dalam diri manusia
bersemayam dalam jagadte manungso yaitu :
JONOLOKA/BETAL MUKADAS dikemaluan
manusia (rumah tempat MANUSIA di sucikan)
–ENDROLOKA /BETAL MUKARAM (rumah
tempat MANUSIA diberikan larangan-larangan)
dipusat jantung manusia –GURULOKA / BETAL
MAKMUR di ubun2 atau susuhunan manusia
(rumah tempat MANUSIA diberikan angan-
angan atau inspirasi atau kecerdasan) }
dimana ketiga Loka/Betal tersebut disebut
dengan istilah TRILOKA)
3)
BARANG SIAPA MELUPAKAN/MENINGGALKAN
AS/SUMBERNYA, MAKA IA AKAN TERGELINCIR
OLEH INGKUNGANNYA
AS/SUMBER = GELAR KESAKTIAN YANG MAHA
ESA, YANG BERSEMAYAM DALAM ANGKASA
JANTUNG MANUSIA
AS/SUMBER = INTI SUBYEKTIFITAS YANG
RELATIF = SIFAT ABSOLUT YANG MAHA ESA,
YANG SELALU DALAM LINGKUNGAN
KEHIDUPAN SEMPURNA
MENINGGALKAN AS / SUMBERNYA, BERARTI
TERGELINCIR DARI LINGKUNGAN HIDUPNYA
SENDIRI.
(Dalam kebatinan Timur, AS tersebut juga
diartikan sebagai AXIS MUNDI, ialah AS/GARIS
TEGAK LURUS yang menembus center ketiga
dunia, ialah Dunia Arwah, Dunia Manusia,
Dunia Tuhan, sehingga siapapun yang jauh
dari As tersebut, akan jauh pula dari getaran
hidup sempurna, dan demikian pula
sebaliknya)
4)
BARANG SIAPA TERLEPAS ATAU
MENINGGALKAN KESEIMBANGAN, DIA AKAN
TERGELINCIR
SECARA METAFISIKA, ARTI DARI KALIMAT
DIATAS TERSIRAT DALAM KETERANGAN SAPTO
WASITO TOMO KETIGA
PENGERTIAN LAINNYA ADALAH BAHWA
KEBERADAAN AS/SUMBER DALAM WADAG,
DIGAMBARKAN OLEH KEBERADAAN KELUAR
MASUKNYA HAWA/PRANA/NAFAS SECARA
WAJAR SEHINGGA BILA TIDAK DEMIKIAN,
PASTI AKAN MENIMBULKAN HAL2 NEGATIF
PADA WADAG JADI DIDALAM HIDUP
INI SELALU HARUS DIJAGA BERNAFAS SECARA
TERATUR SEMPURNA, SESUAI DENGAN SIKON
YANG DIHADAPI MANUSIA
(Ajaran bernafas secara benar dan sempurna,
banyak ditemukan pada bermacam aliran,
yang tergantung kepada untuk pengaturan
pernafasan tujuan apa hal itu dilakukan).
5)
BARANG SIAPA MELUPAKAN AWAL ATAU
PERMULAAN, DIA TAK AKAN MUNGKIN
MENCAPAI AKHIR ATAU TAK AKAN MUNGKIN
MENG AKHIRI NYA
SAMADIWAN HARUS MENJALANKAN PERSIAPAN
MATANG DENGANTEKAD DAN NIAT BULAT
UNTUK MEMANTABKAN JADWAL PERMULAAN
DAN PENGAKHIRAN SAMADINYA. JANGAN SE
KALI2 MELAKUKAN “ COBA2 “
NIAT MEMULAI, HARUS TELAH DILANDASI
KEBERANIAN KUAT DAN TABAH, DISERTAI
KEPERCAYAAN DIRI PENUH, UNTUK PASRAH
JIWA RAGA, PASRAH HIDUP MATI KEPADA
TUHAN YANG MAHA ESA
JANGAN DIKOTORI OLEH INGATAN SEDIKITPUN
MENGINGINKAN PAHALA KERJA DAN PAMRIH,
KARENA HAL ITU AKAN MENGGOYAHKAN
PERMULAAN KITA DAN MENGABURKAN ARAH
TUJUAN KITA
(Dalam ajaran Jawa, Sapto Wasito Tomo yang
kelima ini mengandung arti INTI yang
merupakan salah satu pokok menuju
kasampurnan, ialah KEDAH PONO DUMATENG
“ SANGKAN PARANING DUMADI “ = harus
mengetahui darimana sebenarnya hidup ini,
untuk apa hidupmu ini dan kemudian setelah
itu akhirnya kita akan menuju kemana nanti)
6)
BARANG SIAPA MENGAKUI HASIL KARYANYA
SEBAGAI MILIKNYA SENDIRI, DIA AKAN
TERBELENGGU OLEHNYA
BILA SAMADIWAN YANG KEMUDIAN MENCAPAI
TINGKAT TINGGI DAN DAPAT MENCAPAI
IDAMAN TUJUANNYA, SELANJUTNYA
MENGATAKAN BAHWA DIRINYA SUDAH
MENDAPATKAN/MEMILIKI HASIL TAPA
BRATANYA, HASIL PAHALA KERJANYA, DAN
AKHIRNYA MENGAKU BAHWA DIALAH PEMILIK
SEMUANYA INI, MAKA MEREKA ITU AKAN
TERHUKUM OLEH CIPTA/UCAPAN NYA SENDIRI
(Dalam Kejawen, amat diharamkan atau
dihindari pengakuan akan KEBISAAN/
KEISTIMEWAAN nya ini dihadapan umum atau
diri sendiri, karena hal tersebut berarti bahwa
dia masih GILA KADONYAN, bahkan condong
MENYEKUTUKAN TUHAN. Dalam Suluk
Karaton, tahap ini disebut sebagai TAHAP
SAMPAI SITIHINGGIL yang amat gawat.
Meleset sedikit maka dia akan TERBANTING
KEMULA TAPABRATA YANG AMAT SUKAR
UNTUK MEMULAINYA LAGI MENDAPATKAN
PERKENAN HYANG WIDHI)
7)
BARANG SIAPA SELALU MELATIH DIRI UNTUK
DAPAT ATAU MERASAKAN SUMBER DARI RASA,
NISCAYA IA AKAN MERASAKAN RASA YANG
SEJATI, YAITU MERASAKAN SESUATU TANPA
ALAT TUBUH (KAROSO TANPO SALIRO)
BILA INGIN MENCAPAI KESADARAN SAMADHI
YANG SEMPURNA, PERMULAANNYA HARUS
DIJALANKAN DENGAN MELAKUKAN LATIHAN2
SERIUS YANG BER ULANG2, TANPA BIMBANG
DAN RAGU APALAGI BOSAN. SEHINGGA
SETAHAP DEMI SETAHAP PENGUASAAN “ RASA “
ITU MENJADI SEMAKIN “ LICIN “ DAN LAMA
KELAMAAN MEMUNCAK KE SIKON KESADARAN
ROHANI TINGGI
DENGAN LATIHAN KONTINU DAN SERIUS,
AKAN DAPAT MENEMBUS KEALAM RAHSO
SEJATI (=ALAM DIMANA TAK ADA PERASAAN,
TAK ADA INGATAN ALAM PELEPASAN, ALAM
MERDEKA, ALAM MUKTI, NIRWANA, ALAM
MOKSA DST)
(dalam ajaran kejawen, terdapat kata2 “
SUKSMO TELENG ING SAMADI “. Dalam Suluk
Karaton, hal ini masuk dalam tahapan laku “
LEWAT KORI BROJONOLO, KEMUDIAN
BERTAHAP MASUK KEDALAM KARATON INTI.
Dalam Tasauf, hal ini masuk dalam tataran
laku OLAH ROSO untuk mencapai WAHDATUL
SUHUD, ialah MANUNGGALING ROSO KAWULO
GUSTI)
Jiwa dan Alam Semesta
Manusia seringkali tertutup untuk memahami
dan merenungkan kenyataan alam dan realitas
kehidupan yang mengitarinya. Jika pun
dipahami, tapi sebatas apa yang dapat dilihat
dan dirasakan. Bila sebatas ini yang hanya
dipahami, maka sampai kapanpun dia tidak
akan pernah sampai pada tujuan (Allah). Alam
semesta dengan berbagai realitas kehidupan
hanya dipahami dari sudut manfaatnya bagi
kebutuhan lahir, lepas dari dimensi bathin.
Oleh karena itu, tidak heran bila jiwa manusia
dikuasai oleh alam, bukan sebaliknya,
menguasai dan belajar dengan alam. Maka dari
itu, jiwanya menjadi kerdil, terpaku dan terbuai
alam. Merasa alam menguasai dirinya. Dan
tindakannya mengikuti alam dan realitas
kehidupan yang ada semu. Orang yang seperti
itu, adalah hidup tanpa tahu hakekat dirinya.
Mudah tertipu danjiwanya terselubung oleh
nafsu-nafsu kebendaan.
Lantas bagaimana seharusnya agar jiwa
manusia tidak terpengaruh oleh alam dan
kehidupan yang mengitarinya? Jawabannya
akan kita pahami dengan penjelasan berikut ini:
a. Pemahaman Pertama
Pemahaman pertama yang harus kita ketahui
adalah bahwa hakekat jiwa dan alam semesta
adalah satu lingkaran penuh. Jiwa dan alam
berada dalam satu lingkaran yang dibawah
naungan satu pencipta (Allah). ia tidak berubah
serta tidak mengenal batas akhir dan awal.
Serta tidak ada penyimpangan sedikit pun. Apa
yang dialami oleh manusia terhadap alam
sekelilingnya sebenarnya adalah satu kesatuan.
Ada siang, ada malam. Ada pagi, ada sore. Ada
baik, ada buruk. Kontradiksi alam yang dulihat
manusia itu sebenarnya tidak ada yang
berubah, andai merasa berubah itu hanya
anggapan manusia sendiri.
Satu contoh, coba kita perhatikan fenomena
terjadinya siang dan malam, apakah dengan
pergantian malam dan siang itu akan merubah
bentuk bumi atau bentuk matahari? Apakah
dengan pergantian malam dan siang itu akan
merubah waktu? Bukanlah pergantian malam
dan siang hanyalah perasaan manusia saja.
Bukanlah alam sendiri tetap seperti adanya,
tanpa ada perubahan apa-apa. Kemudian,
kenapa manusia selalu tertipu oleh kenyataan
yang seperti itu, sehingga jiwanya menjadi
sempit seolah-olah terhimpit oleh kenyataan
alam itu sendiri? Jawabannya, karena jiwa
manusia tidak dapat melepaskan diri,
terbelenggu dan terikat karena beranggapan
alam dan realitas dunia dengan segala
variasinya adalah satu tujuan, sehingga jiwa
sulit keluar dari lingkaran alam dan dunia yang
mengitarinya.
b. Pemahaman Kedua
Pemahaman kedua adalah pemahaman terjadap
jiwa manusia itu sendiri. Kalau alam itu bulat
dan luas, maka jiwa manusia itu sendiri adalah
bulat dan luas seperti alam. Jiwa manusia
menjadi terbatas adalah karena manusia itu
sendiri. Alam tidak akan pernah mempengaruhi
manusia untuk memperkecil kadar bulat
danluasnya jiwa. Ia tetap berdiri. Hanya saja
tergantung jiwa, apakah ia terpengaruh atau
tidak dari alam akan menjadi seluas apa yang
ia lihat, dan bahkan lebih. Tapi, jika dikerutkan
maka akan menjadi kecil seluas tempat
semayam jiwa itu sendiri.
Untuk memahami ini, kita ambil satu contoh
dari realitas kehidupan keseharian. Kita sering
diterpa dengan berbagai cobaan silih bergantio.
Untuk menghadapinya dan menempatkan kadar
besar kecilnya berbagai cobaan itu, bukankah
tergantung pada kelapangan jiwa kita sendiri.
Jika cobaan itu dianggap besar, maka jiwa akan
menjadi sempit. Tapi jika cobaan dianggap
kecil, maka jiwa akan bebas, lapang dan luas.
Jadi besar kecilnya jiwa dalam melihat realitas
adalah tergantung pada jiwa itu sendiri.
Realitas alam yang kita lihat, kita hadapi atau
kita jumpai sebenarnya tidak akan
mempengaruhi jiwa manusia. Hanya jiwa
manusia saja yang merasa dipengaruhi karena
begitu sempitnya jiwa.
c. Pemahaman Ketiga
Pemahaman ketiha adalah inti jiwa dan alam
itu sendiri. Inti jiwa adalah lingkaran yangluas.
Inti alam pun sebuah lingkaran luas pula. Apa
yang dilihat oleh mata sebenarnya hanyalah
“bayangan”, bukan yangsesungguhnya. Begitu
juga alam menjadi luas karena jiwa yang
melihat luas dan seluas alam itu sendiri. Besar
kecilnya alam tergantung pada jiwa manusia
masing-masing. Selama jiwa masih bersemayam
dengan perasaan yang luas, maka selama itu
pula jiwa tidak akan pernah puas.
d. Pemahaman Keempat
Orang yangmengerti tentang bagaimana luasnya
jiwa bila ia dihadapkan pada kenyataan. Ukuran
keluasan jiwa seseorang dapat diukur dari
sejauhmana ia menempatkan sesuatu pada
tempat yang seharusnya, tanpa mempengaruhi
eksistensi jiwanya. Orang yang seperti ini
adalah orang yang tidak dapat dipengaruhi
oleh sesuatu yang bersifat lahir selain apa yang
ada pada jiwanya. Dalam memahami ukuran
luas lingkaran jiwa, maka secara garis besar
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, lingkaran kecil, yaitu dimana jiwa
yangasalnya luas tapi pengaruh dari hal-hal
yang kecil maka tidak dapat menguasai dirinya.
Eksistensi jiwa teracuni bahkan larut di
dalamnya. Masalah-masalah yang kecil
sesempit rongga dadanya. Yang seharusnya
tidak perlu dipikirkan, malah justru dipikirkan,
sehingga putus asa, gelisah dan hilang
keseimbangan diri. Selama lingkaran jiwanya
masih terpengaruh kepad ahal-hal kecil, maka
selama itu pula tidak akan mengerti jiwanya
sendiri.
Kedua, lingkaran sederhana, yaitu lingkaran
jiwa seluas masalah yang dihadapinya. Jiwanya
tidak terpengaruh pada masalah kecil dan
dapat menguasai jiwanya. Masih dapat bersikap
tenang dalam menghadapi masalah. Setiap
masalah dianggap hal yang biasa-biasa saja
tapa meracuni jiwanya. Fokus jiwa dapat
ditempatkan pada tempat yang semestinya.
Jiwanya tidak akan gelisah dan senantiasa
tenang meskipun dihadapkan pada masalah-
masalah yang besar.
e. Pemahaman Kelima
Tanda-tanda orang yang mempunyai keluasan
jiwa terletak pada kepasrahan diri terjadap
alam sekelilingnya. Jiwa bukan lagi dikendalikan
oleh dirinya, tetapi dikendalikan oleh kekuatan
“Yang Tak Terbatas”, yang memiliki jiwa itu
sendiri. Andaikan ia dapat menguasai atau tidak
terpengaruh oleh alam, itu semata-mata
karunia kekuatan “Yang berada diluar jiwanya”.
Bila sese orang sampai ketingkat jiwa yang
seperti ini, berarti ia telah memiliki kekuatan
dan keluasan jiwa yang tak terbatas, sehingga
ia pun memiliki potensi untuk menguasai jiwa-
jiwa orang lain. Kemudian bagaimana caranya?
Tiada cara lain kecuali membiasakan dan
melatih diri sehingga memperoleh karunia
pengetahuan dan pemahaman tentang jiwa.
Yang memberikan karunia ini bukan dengan
usaha potensi pikiran, melainkan karunia yang
bersumber dari Pencipta Jiwa itu sendiri. Maka
dari itu, dikatakan yang 'ahli jiwa' bukan
mereka yang mempunyai segudang teori
tentang kejiwaan, melainkan mendapatkan
karunia pengetahuan hakekat kejiwaan yang
langsung diperoleh dari Sang Pencipta Jiwa,
yaitu Allah.
Album Rayon Warugunung
" Manusia bisa dihancurkan,manusia bisa dikalahkan,tetapi selama manusia itu Setia kepada Hatinya atau ber- SH pada dirinya maka selama itu pula ia Abadi dalam Kesempurnaan"