Sabtu, 29 Maret 2014

MENYELAMLAH sendiri…Jangan hanya karena KATANYA

Malam itu ketika di tempat latihan Persaudaraan Setia Hati Tetate, aku bersama seniorku sebut saja namanya Mbah, kami lagi asyik ngobrol panjang sambil memantau para siswa latihan, Mbah bgt sederhana menurutku, Kesederhanaan hidupnya tercermin dalam rutinitas sebagai karyawan kecil pada sebuah Perusahaan, Dia nampak selalu tegar dan murah senyum dalam lingkungan kelurga kecilnya. Dalam obrolan perkenalan ini ada hal yang membuatku tergelitik untk mengetahui lebih dalam ttg prinsip hidup Mbah ini. Ketika aku melontarkan pertanyaan apa yg bisa membuat mbah ini begitu tegar, murah senyum dan nampak bersemangat yg menyiratkan kebahagiaan dan kenyamanan dlm hidupnya. Mbah... apa sebenarnya yang membuat panjenengan bgt semangat dan terkesan santai ( tdk ngoyo ) menjalani hidup ini, ” aku berseloroh “. Mas, Urip kwi nggur ” sawang sinawang ” sergah si Mbah. Donyo brono dudu ukuran seng biso ndadekno menungso urip bungah utowo seneng, Urip kwi biso digawe gampang ugo biso digawe susah. Intine ” Gampange wong Urip kwi, Uripe wong Gampang. Angele wong Urip kwi Uripe wong Angel “ .Intine Susah lan seneng kwi ono njerone awake dhewe, dudu onok njabane awak, dadine nek jarene piwulang Agomo, Surgo lan Neroko iku yo neng njerone awake dhewe seng wes diraksakno saiki dudu mengko lek wes tumekaning pati. Sebelum si Mbah melanjutkan pembicaraannya, aku menyela…” Loh, bukannya di dalam Kitab Suci dikatakan bahwa Surga dan Neraka bisa ditemui di alam akherat nanti Mbah??? “. Si Mbah menimpali, Lo iku lak jarene Tulisan nok Kitab Suci, opo sampeyan langsung mbok tompo mentah mentah???...Contone yen awakmu arep maem kacang opo yo kok maem sak kulite???... Perkataan si Mbah ini membuatku tertarik untuk melanjutkan diskusi sambil melihat siswa kami berlatih,sambil ditemani suguhan wedang Kopi. Dengan semangat akupun melanjutkan pertanyaan seperti di bawah ini : Aku : Mengapa orang mesti beragama? Si Mbah : Siapa yang mengatakan mesti? Aku : Sejak kecil aku dinasehati untuk menjadi orang yang taat beragama, karena hanya dengan demikian orang akan masuk surga. Dan bekerjalah untuk mencari uang yang banyak supaya bahagia di dunia. Si Mbah : He, he…dan engkaupun percaya? Aku : Mau tidak mau, karena hanya dengan begitu aku bisa masuk surga, dan bahagia di dunia. Siapa yang tak ingin bahagia dunia akhirat? Si Mbah : Lantas, apa yang kau maksud dengan surga? Aku : Menurut yang kuterima, itu adalah sebuah tempat yang teramat indah, yang didalamnya ada kebun yang indah, sungai mengalir di bawahnya, dan yang paling menarik..ada bidadari-bidadari yang teramat cantik… Si Mbah : Ooooo….jadi engkau berjuang menjadi pemeluk agama yang taat agar bisa menikmati semua itu? Aku : Ya, kurang lebih begitu…. Si Mbah : Bagaimana jika semua itu tak ada? Apakah engkau masih akan taat beragama? Aku : aku belum memikirkannya…. Si Mbah : Ternyata…engkau itu pribadi yang tak ikhlash..kau berbuat sesuatu karena ada maunya…ada pamrih Aku : Bukan begitu mbah…aku hanya mengikuti apa yang diajarkan kepadaku…. Si Mbah : He, he…kini engkau berkilah…… Tapi baiklah…itu juga tidal salah,namun apakah yang mengajarkanmu demikian, pernah melihat surga? Apakah mereka tahu pasti bahwa surga itu ada? Aku : aku tak yakin..yang kutahu..mereka mengatakan surga itu ada karena itulah yang dikatakan Kitab Suci… Si Mbah : Oh..jadi, diapun belum pernah tahu dan melihat sendiri….. Aku : Lalu apa salahnya..bukankah yang dikatakan Kitab Suci itu pasti benar? Si Mbah : Yang bilang salah siapa? aku hanya ingin tanya, apakah pemahamanmu, dan pemahaman orang-orang yang mengajarimu tentang yang dikatakan di dalam Kitab Suci itu kamu terima mentah mentah atau kamu onceki lagi...,dan apakah itu sudah menjadi keyakinan akan sebuah kebenaranmu?? Aku : Kalau boleh jujur, kemungkinannya bisa benar ya bisa salah… Si Mbah : Lalu, apa yang bisa menjadi tolak ukur bahwa pemahaman itu benar atau salah… Aku : Bukankah..pemahaman terhadap Kitab Suci itu sudah baku? Bukankah semua ulama memahami bahwa memang surga itu seperti yang dikatakan di dalam kitab suci, dan bahwa itu hanya diperuntukkan bagi orang yang Beriman? Si Mbah : Itulah masalahnya….kamu menganggap sesuatu yang cuma merupakan pemahaman, persepsi, hasil olah pikiran, sebagai sebuah kebenaran yang mutlak dan baku… Aku : Lalu…bagaimana semestinya…? Si Mbah : Mari kita bicara tentang sebuah samudera. Menurutmu, bagaimana caranya agar kita bisa tahu tentang samudera itu? Apakah kita sudah punya alat untuk mengetahuinya? Aku : Dengan mataku, aku bisa melihat permukaan samudera yang biru… kadang aku bisa melihat kapal berlayar di permukaan samudera itu… Si Mbah : Baik…lalu apa yang ada di balik permukaan samudera itu? Ada apa di kedalamannya? Aku : aku bisa menduga-duga dengan pikiranku..mungkin di dalamnya banyak ikan…mungkin juga ada terumbu karang..atau barangkali ada kapal selam…. Si Mbah : Apakah pasti demikian yang ada di dalam samudera? Aku : Ya belum tentu….. Si Mbah : Satu2nya cara untuk mengetahui apa yang sesungguhnya ada di dalam samudera itu kamu harus menyelam..kamu harus masuk ke kedalaman…. Aku : Tentu saja mbah… Si Mbah: Lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa tahu hakikat surga? Aku : Pertama, aku sekadar mempercayai apa yang dikatakan oleh orang yang menurutku pintar…Kedua, aku gunakan akalku untuk menduga-duga seperti apa surga itu…Tapi, jelas, aku memang tak akan tahu banyak tentang surga jika begitu…Yang paling mungkin membuat aku tahu kebenaran surga..ya aku harus masuk dulu ke situ..aku harus menyaksikannya langsung…. Si Mbah : Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukannya? Aku : Bukankah itu tak perlu? Bukankah sudah ada kitab suci? Bukankah sudah ada ulama yang membimbing kita? Si Mbah : Kalau kau tak lakukan, kau tak akan pernah tahu kebenaran sesungguhnya… kau hanya akan terus dalam praduga, prasangka….bahkan sejatinya, kau juga tak akan tahu apakah yang selama ini kau yakini, yang kau terima sebagai ajaran dari sekian banyak orang yang kau anggap pandai itu, benar atau salah…. Aku : Panjenengan benar…..tapi Pripun Mbah? Si Mbah : Di dalam dirimu,dalam Qolbumu…sesungguhnya ada pintu gerbang untuk mengetahui hakikat kebenaran yang selama ini tersembunyi? Aku : aku tak pernah mendengar hal itu… Si Mbah : Ha..ha…ha…. Aku : Mengapa tertawa mbah..?? Si Mbah : Kau naif sekali…Kau yakin sekali sebagai pemilik tunggal surga, tapi hal sepele begitupun kau tak tahu… Aku : Ajari aku mbah….aku sadar bahwa aku memang naif.. Si Mbah : Untuk bisa menemukan gerbang itu..kau harus melakukan banyak hal: kau harus singkirkan kedengkian, amarah, keserakahan, dan berbagai keburukan lainnya dari dalam hatimu… Lalu, kau sering-seringlah memasuki alam keheningan,sering seringlah Olah Rosso " Maladi Hening"...buat pikiranmu diam sejenak..biarkan dirimu terhubungan dengan suara di dalam hatimu, Latihlah terus menerus,Agar engkau masuk ke Sejatining Rosso,atur nafasmu dengan nafas halus, pusatkan pikiranmu,buang semua urusan duniamu, niatkan dan sebutlah Tuhanmu , yang bersemayam di dalam Qolbumu,Dzat yang Menguasai Jiwamu,berserah diri untuk mencapai kesadaran sejati,kemudian Cahaya Tuhan akan membawamu masuk kedalam Alam Semesta Jiwamu,dan kau akan dapati kebenaran dan kebahagiaan Sejati…Berikutnya…kau harus berbuat baik kepada semua yang ada di sekitarmu…termasuk kepada pepohonan, bebatuan, langit, penghuni langit, tetangga, leluhur, dan semuanya…mka kehidupan dan kebutuhan duniamu tercukupi, Karna Tuhan dan Alam semesta akan selalu menolongmu. Aku : Berat sekali mbah…. Si Mbah : Ha, ha..begitu saja sudah berat kok yakin jadi pemilik surga…. Ya sudah, berhubung sudah larut kita akhiri jagongan ini, istirahat dulu bukannya besok kau akan menyelam??? nanti kau akan tahu sendiri keindahan di dalam laut setelah kau menyelaminya sendiri bukan dari cerita2 yg dutuliskan orang lain dlm buku. Aku : Baik mbah... terima kasih sudah bersedia menemani dan mengantarkan saya menyelam besok pagi. Begitulah secuil ceritaku dengan si Mbah....monggo sami sami nyemplung!!...hehehe

SEMEDI, DZIKIR, MEDITASI ,dan PERNAFASAN HALUS

Monggo ...sama sama mengenal apa itu Semedi, Dzikir,Meditasi dan Pernafasan halus. Apa sih sebenarnya tujuan Pernafasan Halus dan Meditasi itu yang sesungguhnya…??. Pernafasan halus selalu dipakai saat meditasi, mengatur keluar masuknya nafas secara berirama. Meditasi juga bisa disamakan dengan ZIKIR, malahan dalam istilah Jawa hal ini biasanya disebut dengan “ manekung “ yang berasal dari kata “ tekung “ yang bermakna sebagai sikap yang “ tunduk “ atau menundukkan diri. Dalam khazanah pendaki Spiritual ( sufisme ) zikir berarti secara terus-menerus menyebut kata-kata tertentu secara berulang-ulang. Biasanya berupa kata “ pujian “ terhadap Tuhan Hyang Moho Tunggal yang pada intinya zikir adalah sebagai formula untuk mengingat –ingat akan keberadaan Tuhan. Dalam praktiknya zikir berupa aktifitas menuangi pikiran dan hati dengan nama atau pujian terhadap Tuhan. Atau menuangkan “ Asma “ Tuhan ke dalam hati dan pikiran sehingga tak ada nama lain dalam hati dan pikiran tadi selain Asma-Nya. Lalu apa yang disebut dengan Meditasi..??. Meditasi adalah MERENUNGKAN atau MERESAPKAN dan bisa juga bermakna PEMUSATAN PIKIRAN yang amat DALAM yang bertujuan untuk mencapai KESADARAN DIRI dan untuk mencapai OBYEK SPIRITUAL, guna menjadi manusia- manusia yang TERCERAHKAN. Mengenal jati Diri ,dan mengenal Hakekat Tuhan,Dzat yang menguasai Diri dan Alam Semesta. Sehingga dalam prakteknya dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan bisa menjadi manusia yang penuh KEARIFAN, BIJAK dan KASIH SAYANG terhadap sesama makhluk dalam segala tindakan dan perbuatannya. Jadi brooo.. orang yang mengenal Hakekat Tuhan pastilah selalu dijaga oleh Tuhan, dan manusia yg selalu dijaga Tuhan sudah tentu semua kehendak akan dikabulkan-Nya. Yang dijaga oleh Tuhan adalah orang-orang yang dapat mengendalikan “ daya nafsu “ yang ada dalam dirinya. Jangan salah paham dulu broo...Daya nafsu tersebut hanya dikendalikan saja bukan untuk dibasmi…!!. Membasmi daya nafsu sama dengan menyalahi KODRAD manusia itu sendiri. Daya dorong kearah positif dan negatif harus, diselaraskan, diharmoniskan dan selalu dijaga keseimbangannya. Jika daya nafsu bisa kita kendalikan dengan baik, itu sama artinya kita telah bergerak untuk menyatukan DIRI dengan Tuhan Semesta Alam. Menyatukan yang saya maksudkan bukanlah dalam pengertian menyatunya Dzat manusia dengan Dzat Tuhan loh…??. Bukan demikian..!! Manusia tidak perlu menyatukan DIRINYA dengan Dzat Tuhan, karena Tuhan keberadaan-Nya sudah meliputi segala sesuatu. Yang perlu disatukan itu adalah “ Sifat, Asma dan Af’al “ ( Sifat2 baik,Nama2 yg Agung, dan perbuatan yg baik ) manusia, agar selaras dengan sifat, asma dan af’al Tuhan yang telah diberikan kepada semua manusia sebagai KODRAD dan IRODAD yang sudah ada dalam diri setiap manusia. Jadi tugas manusia hanyalah “ MENYELARASKAN, MENYERASIKAN “ dengan Kodrad dan Irodad Tuhan. Untuk bisa menyatukan diri dengan Tuhan, manusia dalam berbagai cara melakukan diantaranya adalah dengan cara MEDITASI, Semedi yang dalam hal ini manusia harus bisa menyatukan segenap PERASAAN dan PIKIRAN dengan nafasnya dalam bermeditasi. Puncak dari adanya penyatuan ini biasanya dalam ukuran minim yang bisa terasa adalah timbulnya “ ketenangan Jiwa “ dan tentramnya Qalbu, dan puncaknya??...ya pasti tak terhingga, dari mulai mengenal Jiwa,Alam semesta ,Roh dan Tuhan. Seperti Firman Allah " hanya dengan “ mengingat “ Tuhan lah qalbu / hati bisa menjadi tenang" ( QS. Ar-Ra’d . 28 ) Meditasi, Semadi, Dzikir hanyalah sarana dan cara untuk meningkatkan kesempurnaan SPIRITUAL. Tahap Tahap dalam Meditasi Pertama, Bagi kita yang hendak melakukan meditasi, dzikir dan Semedi harus dapat melakukan dalam khazanah Jawa disebut “ sesaji ing segoro “ yaitu mengutamakan peranan QALBU, HATI atau NURANI. Kita harus bisa mengendalikan Hati sehingga pengembaraan dari sang Perasaan, Pikiran dan daya Nafsu benar-benar menyatu dalam suatu kehendak yang kuat untuk “ mengeleminir “ dorongan hawa nafsu di dalam semedi ( meditasi ). Dalam PUJA SEMEDI itu bertujuan untuk MENGOSONGKAN HATI dari segala hal yang SELAIN Tuhan. Hasrat yang ada di dalam hati lenyap, pikiran telah diam tak mengembara lagi, senyap dari segala ILUSI…!! Suara nafas kini sudah tak terdengar lagi, suara Batin tatkala kita melantunkan Dzikir pun telah hilang dan lenyap yang ada hanyalah CAHAYA KEHENINGAN. Kedua, Semedi, dzikir,atau Meditasi merupakan cara untuk membersihkan diri dari program lama yang masih melekat pada pita kaset kehidupan ini. Pita hidup ini harus diisi dengan program yang lebih baik. Program lama diisi dengan Dzikir ( mengingat ) dan program baru harus disikan ,melalui perbuatan “ Amal Shaleh “ berupa segala tindakan dan perbuatan yang bermanfaat, baik bagi diri kita maupun bagi orang lain dan lingkungannya. Dalam hidup ini semua kenangan pahit harus dikubur dalam-dalam. Selama Semedi, Meditasi,atau Dzikir pita hidup harus dibersihkan dan dikosongkan agar QALAM Illahi ( petunjuk Tuhan ) yang tanpa suara dan kata-kata itu bisa terekam oleh KESADARAN DIRI. Selanjutnya akan bersemilah benih-benih CINTA KASIH dan KERINDUAN untuk berbuat KEBAJIKAN terhadap sesama. Secara lahiriah Kebajikan itu dibuktikan dengan “ Budi Pekerti “ yang Hanif, Arif dan Ma’ruf dalam bersosialisasi dengan kelompok masyarakat. Misalkan saja kita harus taat hukum ( aturan ) bagi siapa saja. Ketiga, Bila semedi, meditasi atau Dzikir yang dilakukan benar-benar sempurna. Angan- angan, keinginan, pikiran dan ilusi telah lenyap, maka batin sang meditasi akan sentosa. Dia bebas dari segala macam gangguan batin. Kecemasan dan kekhawatiran juga lenyap. Tak ada lagi ketakutan dimana-mana sama saja yang ada hanyalah ketenangan dalam hidup. Di Kota dan di desa tiadalah berbeda hidup serasa merdeka. Karena sama-sama dalam perlindungan Gusti Kang Akaryo Jagad. Jika sudah demikian akan tumbuh dan berkembanglah sebuah sikap untuk “ Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng “ terhadap Alam semesta ini. Jika ungkapan ini terwujud, maka tiada lagi petaka dan bencana, Alam Semesta bersahabat dengan kita, baik dalam lingkup Microcosmos maupun Macrocosmos. Jika bumi ini tetap terpelihara dan dijaga keseimbangannya, bumipun akan tumbuh dengan subur dan tentunya akan memberikan berkah dan kemakmuran bagi manusia. Manusi-manusianya akan hidup dalam ketentraman dan kesenangan. Pikiran jernih, keinginan hanya sebatas yang dibutuhkan oleh diri dan keluarga serta bangsa. Akhirnya sang Sukma Jati pun akan meninggi dalam keheningan yang menyelimuti sang pelaku semedi, dzikir, atau meditasi. Jiwanya akan selalu dalam kedamaian. Dengan demikian hidup di dunia dan akherat senantiasa dalam kesejahteraan ( khazanah )

Selasa, 18 Maret 2014

Meditasi dan Prinsip Hidup

Meditasi Rohani,Semedi, Dzikir sirr dan segala jenis olah roso adalah usaha manusia dlm mengenl diri sendiri dan Tuhannya. Meditasi adalah proses kesadaran batin,kesadaran diri tentang Dzat Yang menguasai Macrocosmos dn Microcosmos. Semakin besar kesadaran anda tentang Kehadiran Tuhan didalam diri anda, semakin besar Kehadiran tersebut mengisi kesadaran anda. Itu adalah peraturan. Semakin mendalam pemahaman anda tentang Jiwa sebagai Sumber, Hakekat dan Aktifitas dari persediaan anda, semakin permanen Kebenaran itu akan tertanam didalam kesadaran anda. Itu adalah peraturan. Adalah kesadaran rohani anda — yakni Pengetahuan anda tentang Kehadiran Tuhan didalam diri anda sebagai penyelesaian yang utuh dan lengkap — yang menafsirkan dirinya sendiri sebagai setiap wujud dan pengalaman dalam dunia anda. Itu adalah peraturan. Sebuah prinsip hidup tentang Ketuhanan dan tentang kehidupan. Meditasi untuk Kemakmuran. Dulu saya percaya pada kekuatan uang, dan dengan demikian saya menyerahkan kekuatan dan kewenangan pemberian Tuhan pada diri saya ke kepercayaan materi. Dulu saya percaya pada kemungkinan adanya kekurangan, sehingga menyebabkan kesadaran saya terputus dari Sumber kemakmuran saya. Dulu saya percaya pada kefanaan atau mortalitas manusia dan kondisi-kondisi jasmaninya; dan melalui keyakinan ini menyebabkan kondisi-kondisi manusia dan kemanusiaan menguasai saya. Dulu saya percaya pada ilusi fana yang menciptakan kesadaran kolektif dari kesalahan pikiran, dan dengan demikian saya telah membatasi Yang Tidak Terbatas. Cukup sudah semua itu!! Hari ini saya melepaskan apa yang disebut kondisi kemanusiaan saya, dan menyatakan pusaka ketuhanan saya sebagai Mahluk Tuhan. Hari ini saya mengenali Tuhan dan hanya Tuhan sebagai hakekat saya, pemberi saya dan pendukung saya." Tegaskan itu pada keyakinan anda,buat sebuah doktrin pada diri, Meditasi pada pernyataan penegasan sambil berfokus pada setiap gagasan yang terkandung didalamnya dengan sepenuh pikiran dan perasaan. Biarkanlah gagasan ini meresap dan mengisi kesadaran anda. Pahamilah bahwa anda tidak MELAKUKAN sesuatu. Anda membiarkan keberlimpahan terungkapkan. Kemakmuran sudah menjadi bagian dari sifat sejati anda. Kemakmuran sudah ada: cukup bagi anda untuk berada dalam keyakinan sepenuhnya dan mengikhlaskan, serta berhenti mengendalikan benda, orang dan kejadian. Sadarlah bahwa pikiran-pikiran yang sifatnya mengkritik dan negatip akan memperlambat manfaat-manfaat yang dituju, sedangkan sebuah keadaan kesadaran yang berlandaskan pada cinta dan keyakinan dapat mempercepat pencapaian keberlimpahan. Uang adalah efek atau akibat: Jika anda memusatkan pikiran pada akibat, anda lupa pada penyebabnya dan efek mulai kehilangan kemampuannya. Jika anda memusatkan perhatian pada "menerima" uang, maka anda memutuskan sumber anda. Dari sekarang, anda perlu berhenti percaya bahwa uang adalah hakekat anda, sumber anda, bantuan anda, keselamatan anda! Uang bukanlah semuanya itu, tetapi Tuhanlah!!! Tuhan yang memberi semua itu. Ketika anda mengerti dan mengintegrasikan kebenaran ini, maka sumber anda akan mengalir terus menerus tanpa henti, secara sempurna dan berlimpah. Hanya Tuhan adalah sang sumber. Ketika Keberlimpahan mulai terungkap (dalam suatu bentuk yang demikian adanya), tetaplah rendah hati! Alasannya adalah bukan kita yang mengerjakannya! Hanya hakikat spiritual yang tercapai, dan kita hanyalah saluran yang menerima keberlimpahan tersebut. (saluran ini artinya diri kita sendiri). Jangan mencoba mengendalikan cara bagaimana kemewahan akan datang pada anda. Biarkanlah diri anda menerima kejutan! Adalah kehendak Tuhan bahwa anda kaya: menertilah bahwa kekurangan tidak ada di hati nurani ketuhanan. Kami adalah anak Keberlimpahan, yang Maha tak terbatas, Alam Semesta! Keberlimpahan dalam dunia fisik adalah cerminan dari hati nurani kemakmuran, dan ia bekerja mulai dari jiwa anda, dan dengan demikian ia mulai dari dalam diri anda. Semakin hati nurani anda berkembang, semakin kemakmuran anda berkembang dan menjadi demikian adanya.Memiliki sifat bersyukur dan menghargai adalah bahan terpenting dalam perkembangan nurani kemewahan. Dengan demikian, jangan menunggu sampai anda mendapatkan apa yang anda inginkan dalam bentuk nyata untuk menunjukkan rasa syukur anda. Karena pencapaian sebuah keinginan selalu diawali dari hati nurani sebelum terlihat dalam dunia nyata. Jangan membicarakan atau menceritakan program Keberlimpahan ini dengan orang- orang yang tidak memiliki pembukaan spiritual yang disyaratkan. Jika ini dilakukan, maka anda akan memutuskan hubungan dan membuang kekuatan/enerji yang terkumpul di dalam dan disekitar anda yang terjadi selama meditasi. 10 ketetapan hati 1. Tuhan adalah Keberlimpahan yang mewah dan tak habis-habisnya, hakekat Alam semesta yang kaya raya yang ada di mana-mana. Sumber yang menyediakan semua kemakmuran yang tak terbatas ini terwujudkan sebagai saya — kenyataan diri saya. 2. Saya mengangkat pikiran dan hati saya untuk menjadi sadar, mengerti dan mengetahui bahwa kesadaran kehadiran ketuhanan dalam diri saya adalah Sumber dan Hakekat dari semua kebaikan saya. 3. Saya sadar akan Kehadiran Bathin sebagai Keberlimpahan saya yang mewah. Saya sadar akan kegiatan terus menerus dari Pikiran akan Kemakmuran tanpa batas ini. Dengan demikian, kesadaran saya dipenuhi oleh Sinar Kebenaran. 4. Melalui kesadaran saya akan aspek ketuhanan dalam diri saya sebagai sumber saya, saya menarik masuk hakekat sejati dari sang Jiwa kedalam pikiran dan sifat perasaan saya. Hakekat ini adalah persediaan saya, oleh karenanya kesadaran saya akan Kehadiran Tuhan didalam diri saya adalah persediaan saya. 5. Uang bukan persediaan saya. Tak ada orang, tempat atau kondisi yang menjadi sumber persediaan saya. Kesadaran, pemahaman dan pengetahuan saya tentang segala aktifitas penyediaan dari Pikiran Ketuhanan didalam diri saya adalah sumber persediaan saya. Kesadaran saya tentang Kebenaran ini adalah tidak terbatas, dengan demikian, sumber persediaan saya tidak terbatas. 6. Persediaan bathin saya secara segera dan terus menerus mendapat bentuk dan pengalaman sesuai dengan kebutuhan dan hasrat saya, dan pada saat prinsip Persediaan sedang bekerja, mustahil bagi saya untuk memiliki kebutuhan atau hasrat yang tak terpenuhi apapun. 7. Kesadaran Ketuhanan saya akan selamanya mengungkapkan sifat sebenarnya yakni Keberlimpahan. Ini adalah tanggungjawab kesadaran tersebut, bukan saya. Tanggungjawab saya satu-satunya adalah untuk menjadi sadar akan Kebenaran ini. Dengan demikian, saya sepenuhnya yakin dalam mengikhlaskan dan membiarkan Tuhan muncul sebagai segala kecukupan yang berlimpah dalam kehidupan dan urusan saya. 8. Kesadaran saya akan Jiwa didalam diri saya sebagai Sumber tak terbatas adalah Kekuatan yang bersifat Ketuhanan untuk memulihkan tahun-tahun yang sudah dimakan belalang, untuk memperbaharui semua hal, untuk mengangkat saya menuju Jalan Raya kemakmuran yang berlimpah. Kesadaran, pemahaman dan pengetahuan tentang sang Jiwa ini muncul sebagai setiap wujud nyata dan pengalaman yang mungkin dapat saya inginkan. 9. Ketika saya sadar akan Sosok-Tuhan didalam diri saya sebagai seluruh pengabulan, saya benar-benar terpuaskan. Saya sekarang sadar akan Kebenaran ini. Saya telah menemukan rahasia kehidupan, dan beristirahat tenang karena mengetahui bahwa Aktifitas dari Keberlimpahan yang bersifat ketuhanan bekerja abadi dalam kehidupan saya. Saya hanya harus sadar akan aliran, radiasi dari Enerji Kreatif tersebut, yang secara terus menerus, mudah dan tanpa kesulitan mengalir keluar dari Kesadaran Ketuhanan saya. Saya sekarang sadar. Saya sekarang berada dalam alirannya. 10. Saya menjauhkan akal dan pikiran saya dari "dunia ini", dan saya meletakkan seluruh perhatian saya pada Tuhan didalam sebagai satu-satunya Penyebab kemakmuran saya. Saya mengakui kehadiran Bathin sebagai satu- satunya kegiatan dalam urusan keuangan saya, sebagai hakekat dari semua hal yang tampak. Saya meletakkan kepercayaan saya pada Prinsip Keberlimpahan yang sedang bekerja didalam diri saya.

Jumat, 14 Maret 2014

Dimensi Ruh Manusia

Menurut Ibnu Zakariya (w. 395 H / 1004 M) menjelaskan bahwa kata al-ruh dan semua kata yang memiliki kata aslinya terdiri dari huruf ra, wawu, ha; mempunyai arti dasar besar, luas dan asli. Makna itu mengisyaratkan bahwa al-ruh merupakan sesuatu yang agung, besar dan mulia, baik nilai maupun kedudukannya dalam diri manusia Al-Raqib al-Asfahaniy (w. 503 H / 1108 M), menyatakan di antara makna al-Ruh adalah al-Nafs (jiwa manusia). Makna disini adalah dalam arti aspek atau dimensi, yaitu bahwa sebagian aspek atau dimensi jiwa manusia adalah al-ruh. Nyawa (ruh) menurut al- Ghazali mengandung dua pengertian, pertama : tubuh halus (jisim lathif). Sumbernya itu lubang hati yang bertubuh. Lalu bertebar dengan perantaraan urat-urat yang memanjang ke segala bagian tubuh yang lain. Mengalirnya dalam tubuh, membanjirnya cahaya hidup, perasaan, penglihatan, pendengaran, dan penciuman dari padanya kepada anggota-anggotanya itu, menyerupai membanjirnya cahaya dari lampu yang berkeliling pada sudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai kepada sebagian dari rumah, melainkan terus disinarinya dan hidup itu adalah seperti cahaya yang kena pada dinding. Dan nyawa itu adalah seperti lampu. Berjalannya nyawa dan bergeraknya pada batin adalah seperti bergeraknya lampu pada sudut-sudut rumah, dengan digerakkan oleh penggeraknya. Pengertian kedua yaitu yang halus dari manusia, yang mengetahui dan yang merasa. Dan itulah tentang salah satu pengertian hati, serta itulah yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala dengan firman-Nya: dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". Dan itu adalah urusan ketuhanan yang menakjubkan, yang melemahkan kebanyakan akal dan paham dari pada mengetahui hakikatnya. Dengan adanya al-ruh dalam diri manusia menyebabkan manusia menjadi makhluk yang istimewa, unik, dan mulia. Inilah yang disebut sebagai khayalan akhar, yaitu makhluk yang istimewa yang berbeda dengan makhluk lainnya. Al-Qur’an menjelaskan hal ini dalam QS. Al- Mu’minun : 14. Kata al-Ruh disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 24 kali, masing-masing terdapat dalam 19 surat yang tersebar dalam 21 ayat. Dalam 3 ayat kata al-ruh berarti pertolongan atau rahmat Allah, dalam 11 ayat yang berarti Jibril, dalam 1 ayat bermakna wahyu atau al-Qur’an, dalam 5 ayat lain al-ruh berhubungan dengan aspek atau dimensi psikis manusia. Mengenai ruh ada beberapa karakteristik, antara lain : 1. Ruh berasal dari Tuhan, dan bukan berasal dari tanah / bumi 2. Ruh adalah unik, tak sama dengan akal budi, jasmani dan jiwa manusia. Ruh yang berasal dari Allah itu merupakan sarana pokok untuk munajat kehadirat- Nya 3. Ruh tetap hidup sekalipun kita tidur / tak sadar 4. Ruh dapat menjadi kotor dengan dosa dan noda, tapi dapat pula dibersihkan dan menjadi suci. 5. Ruh karena sangat lembut dan halusnya mengambil “wujud” serupa “wadah”-nya, parallel dengan zat cair, gas dan cahaya yang “bentuk”-nya serupa tempat ia berada. 6. Tasawuf mengikutsertakan ruh kita beribadah kepada Tuhan 7. Tasawuf melatih untuk menyebut kalimat Allah tidak saja sampai pada taraf kesadaran lahiriah, tapi juga tembus ke dalam alam rohaniah. Kalimat Allah yang termuat dalam ruh itu pada gilirannya dapat membawa ruh itu sendiri ke alam ketuhanan. Dimensi psikis manusia yang bersumber secara langsung dari Tuhan ini adalah dimensi al-ruh. Dimensi al- ruh ini membawa sifat-sifat dan daya- daya yang dimiliki oleh sumbernya, yaitu Allah. Perwujudan dari sifat- sifat dan daya-daya itu pada gilirannya memberikan potensi secara internal di dalam dirinya untuk menjadi khalifah Allah, atau wakil Allah. Khalifah Allah dapat berarti mewujudkan sifat-sifat Allah secara nyata dalam kehidupannya di bumi untuk mengelola dan memanfaatkan bumi Allah. Tegasnya bahwa dimensi al-ruh merupakan daya potensialitas internal dalam diri manusia yang akan mewujud secara aktual sebagai khalifah Allah. Dalam al-Qur’an dijelaskan kata al-ruh berhubungan dengan aspek atau dimensi psikis manusia. Berikut dijelaskan bahwa Allah “meniup”-kan ruh-Nya ke dalam jiwa dan jasad manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam ayat berikut ini : ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺳَﻮَّﻳْﺘُﻪُ ﻭَﻧَﻔَﺨْﺖُ ﻓِﻴﻪِ ﻣِﻦ ﺭُّﻭﺣِﻲ ﻓَﻘَﻌُﻮﺍْ ﻟَﻪُ ﺳَﺎﺟِﺪِﻳﻦَ } ﺍﻟﺤﺠﺮ : {29 “ Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS. Al- Hijr : 29) Berdasarkan ayat di atas, kata ruh dihubungkan dengan Allah. Istilah yang digunakan untuk menyatakan hubungan itu juga beragam, seperti al- ruh minhu ruhina, ruhihi, al-ruhiy, ruh min amri rabbi. Selanjutnya, ruh Allah itu diciptakan kepada manusia melalui proses al-nafakh. Berbeda dengan al- nafs, sebab nafs telah ada sejak nutfan dalam proses konsepsi, sedangkan ruh baru diciptakan setelah nutfah mencapai kondisi istimewa. Karena itu merupakan dimensi jiwa yang khusus bagi manusia. Tasawuf Islam mengajarkan metode dan teknik-teknik munajat dan shalat khusyuk guna meningkatkan derajat ruh mencapai taraf al-nafs al- muthmainnah / lebih tinggi lagi. Sehingga diharapkan manusia dapat mengembangkan diri mencapai kualitas insan kamil. Adapun ruh diciptakan jauh sebelum manusia dilahirkan, berfungsi semasa hidup dan setelah meninggal ruh akan pindah ke alam baqa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya ke dalam hadirat Ilahi. Jadi ruh itu ada dalam diri manusia, tapi tak kasat mat (invisible) karena sangat halus, gaib serta dimensinya yang jauh lebih tinggi dari alam pikiran, serta tahapannya pun di atas alam sadar. Ruh dengan demikian merupakan salah satu dimensi yang ada pada manusia di samping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan, yang ada sebelum dan sesudah masa kehidupan manusia.

Kamis, 13 Maret 2014

Roh dan Roh

Menurut Ilmu batin pada diri manusia terdapat Sembilan jenis ROH. Dan masing-masing mempunyai Fungsi sendiri-sendiri . kesembilan Roh macam Roh yang ada pada manusia itu adalah sebagai berikut : 1.ROH IDOFI ( ROH ILOFI ) : adalah roh yang sangat utama bagi manusia. Roh idofi juda disebut “Johar Awal Suci”. Karena Roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari raga, maka manusia akan mati. Roh ini sering disebut “NYAWA” . Roh Idofi merupaka sumber dari roh-roh lainnya. Kalau saja roh Idofi ini keluar dari raga manusia, pastilah roh-roh lainnya pun akan turut serta. Tetapi sebaliknya kalau salah satu roh dari roh yang delapan buah itu keluar, maka roh Idofi akan tetap tinggal. Dan manusia itu tetap masih hidup. Bagi mereka yang sudah sampai pada iradat Tuhan atau kebatinan tinggi, tentu akan menjumpai roh ini dengan penglihatannya. Dan wujudnya mirip diri sendiri, baik rupa, suara maupun segala sesuatunya. Bagaikan berdiri dicermin saja. Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membedakan dengan roh yang satu ini. Alam nya roh Idofi berupa cahaya (nur) terang benderang dan rasanya sejuk tentram ( bukan dingin ). Tentu saja kita bisa menjumpainya bila sudah mencapai tinggkat “INSAN KAMIL”. 2.ROH RABBANI : roh inipun juga dikuasai dan diperintah oleh Roh Idofi. Alamnya roh ini ada didalam cahaya (nur) kuning diam tak bergerak. 3.ROH ROHANI : Roh rohani inipun juga dikuasai dan diperintah Roh Idofi. Karna roh ini maka manusia mempunya/memiliki dua rupa/ kehendak. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tidak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuata buruk. Roh inilah yang menempati 4 Jenis nafsu, yaitu : a.Nafsu Lumawah (Aluamah ) b.Nafsu Amarah c.Nafsu Supiyah. d.Nafsu Mulamah ( Mutmainah) Roh ini sifatnya selalu mengikuti penglihata yang melihat. Dimana pandangan kita ditempatkan, disitu roh Rohani berada. 4.ROH NURANI : Roh Ini dibawah pengaruh Roh-roh Idofi. Roh Nurani ini mempunya Sifat terang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau roh ini meninggalkan tubuh maka orang tersebut hatinya menjadi gelap dan gelap pikirannya. 5.ROH KUDUS ( Roh Suci ) : Roh yang yang diwah kekuasaan Roh Idofi juga. Roh ini mempengaruhi orang yang bersangkutan mau member pertolongan kepada sesame manusia atau tidak. Mempengaruhi berbuat kebajikan dan mempengaruhi berbuat ibadah sesuai kepercayaan yang dianutnya. 6.ROH RAHMANI : Roh Ini dibawah pengaruh Roh Idofi Pula. Roh ini disebut juga ROH PEMURAH. Karena diambil dari kata “Rahman” yang artinya pemurah. Roh ini mempengaruhi manusia bersifat social, suka memberi. 7.ROH JASMANI : Roh Ini dibawah pengaruh Roh Idofi Pula roh ini menguasai seluruh darah dan urat syaraf manusia. Karena adanya roh jasmani maka manusia dapat merasakan sakit,lesu, segar dan lain sebagainya. Bila roh ini keluar dari tubuh maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit. Wujudnya sama dengan kita, hanya saja berwarna merah. 8.ROH NABATI : Roh Ini dibawah pengaruh Roh Idofi Pula. Roh ini mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan badan. 9.ROH HEWANI : ialah roh yang menjaga raga kita. Bila roh hewani keluar dari tubuh maka orang yang bersangkuta akan tidur. Bila kita sedang bermimpi maka Roh Hewani itulah yang menjumpainya. Jadi mimpi itu hasih kerja Roh Hewani yang mengendalikan otak manusia. Ini dibawah pengaruh Roh Idofi. Jadi kepergian Roh Hewani Kepergian dan kehadirannya diatur oleh roh Idofi. "Wallahu'alam bishowaf"

Minggu, 09 Maret 2014

Tarian Jiwa

Dengan memejamkan kedua mata ini Kunikmati Degup jantung berpacu dalam Lautan Dzikrullah Perlahan hentakannya Menggetarkan hati ini Bermain dengan pikiran dalam kesendirian Cahaya hadir dalam pejaman tanpa beban Kunikmati udara lembut mengalir melalui hidung ini Cahaya semakin benderang dalam kegelapan itu Bukan Hampa….. hanya ruang seluas samudera tak berbatas Menarik ujung bibirku untuk tersenyum dalam ruang kosong itu tanpa beban……merangkulku Sejenak kurebahkan tubuh ini menikmati indahnya Kesendirian Berjalan mengarungi Dunia pikiranku Terpana jiwaku berlari lepas tanpa beban hilang lah sudah segala himpitan dalam pejaman mata menikmati hadirnya cahaya dalam kegelapan Aku menari diawan putih……. Terbang dan berputar, dalam lembut dunia kesendirian Indah memejamkan mata melepaskan jiwa ini menikmati alamnya Warna warni kehidupan berputar silih berganti Kuberjalan perlahan dalam Ruang jiwaku Tak kutemukan Api disana Sirna dalam pejaman mata hanya ketenangan dan tarian hati Ah,,,, Indah sekali ruang dalam jiwa ini terbuai aku dalam pesona irama jiwa mengalir lembut dalam helaan nafas kedamaian Seperti pohon menari indah dan bernyanyi terbuai dalam kedamaian jiwa Menikmati ruang dalam jiwa dalam seribu makna Bukan dunia kesepian, hanya sejenak ingin menari Melepaskan seluruh jiwa ini dari kelelahannya bermain di dunia nyata jiwa Alam jiwa yang sangat luas, yang hanya dapat dilihat oleh hati Indah sekali dunia jiwa…. Gelombang keindahan berputar membawa setiap pikiran Menderu dalam terpaan kehangatan Lepas dalam tarian jiwa Aku tahu………. Duduk menikmati pejaman mata dalam kesendirian Melepas segala beban dan kesedihan Lepas dan menari.. berputar,,, bernyanyi Melayang.. jauhhh jauhh dan semakin jauh indah dan semakin indah Aku menari dalam emosi jiwa, dalam pajaman mata Bebas dan lepas……. seperti burung melayang tinggi….. jauh kesamudera luas jiwa ini bernyanyi berputar dan berkelana bersama indahnya hati hembusan kehangatan jiwa berputar dan bergelombang Perlahan kubuka pejaman mata ini Masih kunikmati Indahnya tarian jiwa hanya senyuman hati mengalir dalam darah tak ada lagi beban yang menahan Gemuruh hati meski tak lagi memejamkan mata Jiwaku masih menikmat nikmat Ruang luas samudera itu Ketika kelelahan, tekanan, kejenuhan, kesedihan, bahkan beban yang terasa begitu berat menghimpit jiwaku, maka aku duduk dengan tenang, memejamkan mata, dan menikmati setiap cahaya yang hadir dalam jiwa, melupakan segalanya. Hanya menari mengikuti nyanyian hati. Aku tahu perlahan beban itu hilang, entah kemana, dan aku akan membuka mata dengan tersenyum, dalam kelegaan, dalam kedamaian. Hanya satu kalimat yang terucap di bibir hatiku *ILAHI ANTA MAQSUDI WA RIDLOKA MATHLUBI*. Jiwaku aku akan terus melangkah melewati badai, kerikil tajam, peluh, kegagalan dan meraih mimpi hanya dengan nyanyian jiwa dan tetap berjuang dalam *ILAHI ANTA MAQSUDI WA RIDLOKA MATHLUBI*. Bukankah jalan itu masih terlalu panjang untuk dilalui, mengapa harus menyerah seakan jurang menanti di depan? Tak perlulah terpuruk dalam segala kegagalan, tak perlu lah terpuruk dalam segala kesalahan, karena masih ada cahaya jiwa membawa kita terbang meraih setiap mimpi dan harapan, meski harus melalui badai dan kerikil itu. Bukankah kekuatan jiwa jauh melebihi badai dan kerikil tajam? Jika ingin menangis, biarkanlah dia mengalir disana, dan biarkan di pergi membawa segala kesesakan di dalam dada. Tak perlulah ditahan dan dipendam, karena air akan mengalir kesungainya, Kemudian *TERSENYUMLAH* dan *TAK PERLU MENGELUH*

Sabtu, 08 Maret 2014

Meditasi/Berkholwat Menembus Dimensi

Setiap waktu kita selalu di sibukkan dengan kesibukan duniawi, dimana nafsu2 mendominasi segala keinginan2 kita baik itu nafsu baik maupun buruk, bahkan sampai mebuat kita stres, marah bahkan sakit. Dalam kesempatan ini marilah kita mulai belajar mengenal akan ketenangan pikir, ketenangan jiwa,. ..yaitu makanan Rohani kita,jiwa kita, dengan Meditasi. Apa yang dilakukan oleh seseorang yang disiplin dalam melakukan meditasi ? : Meditasi adalah teknik mengalahkan keinginan raga yang brutal-anarkis-pemberontak- kebencian-iri hati-kedengkian-egosime dan memenangkan keinginan rohani yang lembut- hening-bening-jernih-syahdu . Meditasi adalah teknik menenggelamkan sifat raga yang angkara murka dan memunculkan sifat ruh yang bijaksana-kasih sayang . Meditasi adalah teknik meminimalisir sifat-sifat negatif dan memunculkan sifat-sifat positif. Tapi pada intinya Meditasi adalah teknik menembus dimensi dari dimensi Fisika menuju dimensi Non Fisika yang lapisan dimensinya tak terhingga. Dalam Meditasi, kita menembus alam Rohani, alam bawah sadar kita, alam Meta Fisika, alam hening-bening-jernih dan syahdu. Alam yang sangat menawan jika kita tahu mengelolanya. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini selalu berlapis-lapis dimensinya. Atmosfer berlapis-lapis, kulit bawang merah berlapis- lapis, Tubuh manusia berlapis-lapis, Antariksa berlapis, Alam berlapis-lapis dan Alam Rohani berlapis-lapis serta lapisan lainnya. Alam Rohani yang merupakan alam di alam semesta inipun penuh dengan lapisan-lapisan yang jumlahnya tak terhingga. Begitu agungnya Sang Pencipta itu. Pusat dari segala pusat dimensi adalah Sang Punya Dimensi itu sendiri. Di dalam Alam Rohani itupun berlapis-lapis dimensinya. Dimensi yang paling dekat dan mudah ditembus adalah dimensi Jin dan Dimensi ruh (ruh-ruh orang yang sudah mendahului kita). Dimensi itu hanya dibatasi oleh selaput tipis napas kita, hanya dibatasi selaput mata kita…..sangat berhampir dan dekat sekali. Jadi jika ada beberapa orang pernah melihat hantu, ruh orang-orang yang sudah meninggal dunia, Jin dan sebangsanya, itu disebabkan oleh karena Dimensi Jin sangat dekat dengan dimensi alam semesta yang sedang kita tempati sekarang ini. Seperti di Dimensi yang kita tempati sekarang ini, dimensi Jin dan Ruh juga ada pemerintahannya, ada Raja dan Penguasa, ada Prajurit dan sebagainya. Dimensi Tertinggi Dimensi tertinggi dari semua dimensi yang ada di semua alam ini adalah Dimensinya Sang Punya Dimensi. Dimensinya Tuhan Sang Pencipta. Belajarlah teknik meditasi untuk mencapai Dimensi Tertinggi ini. Jangan sampai tersesat di alam lain yang penuh dengan dimensi-dimensi yang menakutkan itu. Seorang ahli meditasi berkata ” Suatu saat nanti, Agama itu tidak hanya sebuah Agama, tetapi Agama menjadi suatu teknik dalam mencapai atau menembus Dimensi Tertingginya Yang Punya Hidup ” Meditasilah mulai sekarang dengan teknik yang benar dan cari Guru Guru yang benar !! sebab sebenarnya Meditasi itu adalah teknik menembus dimensi-dimensi di alam semesta ini bahkan menembus dimensi yang belum pernah diidentifikasikan oleh pengetahuan manusia dan akhirnya tujuannya mendekat ke Dimensi Tuhan Penguasa Jagad Raya. Dalam sejarah, hanya para Nabi dan kaum suci pengikut-pengikut Nabi saja yang mampu masuk ke Dimensi Tuhan Sang Pencipta. Ikuti Nabi-Nabi itu dalam teknik meditasi, bukan dukun atau paranormal. Fakta sejarah dan sudah tertulis di Kitab Suci, bahwa Para Nabi dan pemimpin umat melakukan Meditasi. (URUTAN KISAH MEDITASI PARA NABI DIBAWAH INI DI URUTKAN DALAM RENTANG WAKTU SEJARAH) : Henokh cucu nabi Adam hidupnya dipenuhi dengan meditasi, sampai-sampai karena hidupnya bergaul dengan Malaikat dengan cara meditasi, tubuhnya beserta raga-raganya Moksa ( terbang ke surga), menembus dimensi Tuhan. Nabi Musa meditasi di Gunung Tursina (Sinai ), sampai-sampai Nabi Musa bisa melihat Tuhan semesta Alam, walau hanya membelakangi karena matanya tidak sanggub melihat Tuhan. Ketika turun dari Gunung Sinai, umat Musa ( bangsa Ibrani ) tidak mampu melihat wajah Musa yang terang benderang kharismanya karena telah bertemu berhadapan-hadapan dengan Tuhan. Yosua Bin Nun penerus Nabi Musa diperintahkan Tuhan untuk Meditasi siang malam dan merenungkan Kitab Taurat supaya selamat dan beruntung dalam menjalankan perintah Tuhan menghantarkan Umat Musa ke Tanah Perjanjian. Nabi Elia (Nabi Ilyas ) hidupnya dipenuhi dengan Meditasi, sampai-sampai tubuhnya beserta raganya Moksa (terbang ke dimensi Surga ), meninggalkan muridnya Nabi Elisa ( Nabi Ilyasa). Nabi Zakaria, Ayah Yohanes Pembaptis ( Nabi Yahya ), meditasi di Synagoga selama 9 bulan sampai anaknya, Yohanes Pembaptis, lahir. Dalam meditasi itu, Nabi Zakaria sering kedatangan Malaikat. Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya ) meditasi di hutan belantara, hanya makan serangga dan madu hutan serta hidupnya penuh dengan kedekatan dengan Tuhan. Lord Jesus (Nabi Isa ) meditasi di Gua selama 40 hari, hanya minum dari akar-akar pohon, sampai-sampai ketika Roh Kudus turun atas Lord Jesus ketika dipermandikan oleh Johanes Pembaptis (Nabi Yahya ) mempunyai kekuatan membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang lumpuh dan mengobati sakit serta menyebarkan Injil dan ketika meditasi di Taman Getsemani mampu menembus dimensi Nabi Elia (Ilyas) dan Nabi Musa. Murid Lord Jesus, Santo Yohanes, meditasi di Pulau Patmos berbulan-bulan, sehingga suatu saat mampu menerima ”Wahyu ”. Mampu melihat masa depan, mampu melihat Malaikat…kisah seorang nelayan miskin yang mengikuti Gurunya mampu menembus dimensi tertinggi. Nabi Muhammad SAW, berkalwat di Gua Hira bertahun-tahun, sampai mengalami Isra’ Miraj, bertemu dengan Jibril, mendapat Wahyu Al Qur’an, dan menjemput Sholat, bertemu dengan Nabi Musa, berhadap-hadapan dengan Allah Swt ketika menjemput Sholat. Sahabat Nabi, Abu Bakar Sidiq sangat terkenal dengan kisahnya yang ” mengulum batu kerikil ”, untuk menghindari banyak perkataan dan hidupnya disiplin dihiasi dengan meditasi Zikir Sir. Meditasi dengan menyebut Asma Allah tanpa bersuara, Zikir dengan hati sanubarinya. Meditation adalah kunci kemenangan para Nabi dalam mengalahkan dunia dan segala permasalahannya yang hanya sementara ini. Sebab meditasi para Nabi artinya meditasi dalam menembus dimensi tertinggi, menembus Dimensi Tuhan Semesta Alam, menemui Sang Punya Dimensi .

Kamis, 06 Maret 2014

Biografi Sultonul Aulia Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

Diriwayatkan bahwa saat mengandung beliau usia ibunya 60 tahun. Ada yang menyatakan bahwa pada usia 60 tahun tidak ada wanita yang bisa hamil lagi. Ibu beliau bernama Fathimah binti Syekh Abdullah Ash-Shauma’i. Setelah lahir Syekh Abdul Qodir tidak mau menyusupada saat bulan Ramadhan, sehingga jika masyarakat tidak dapat melihat hilal penentuan bulan Ramadhan, masyarakat mendatangi ayah Syekh Abdul Qodir. Jika ayah beliau menjawab “hari ini anakku tidak menyusu maka orang-orangpun mengerti bahwa bulan Ramadhan telah tiba”. Abul Hasan An-Nadawi, dalam kitabnya “Rijalul Fikri wal da’wah wal Islam” (Tokoh-tokoh Intelektual Da’wah dan Islam) mengisahkan tentang Syeikh Abdul Qadir Al-Jailanisebagai berikut : “Majelis beliau (Abdul Qadir) dihadiri oleh tujuh puluh ribu orang. Di tangannya lebih dari lima ribu orang Yahudi dan Nasrani masuk Islam, dan lebih dari seratus orang yang sesat bertaubat. Beliau buka pintu bai’at dan taubat di bawah bimbingannya. Maka masuklah ke dalam bimbingannya orang-orang yang jumlahnya hanya diketahui oleh Allah, sehingga keadaan umat semakin membaik dan keislaman mereka pun semakin mendalam. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan Thariqat Qadiriyah Saat usia 8 tahun, beliau sudah me-ninggalkan kota kelahirannya menuju Baghdad, yang saat itu Baghdad dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Selanjutnya pada tahun 521 H/1127 M, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengajar dan menyampaikan fatwa-fatwa agama kepada masyarakat hingga beliau dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun, be-liau menghabiskan waktunya sebagai pengembara di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh besar yang harum namanya dalam dunia Islam. Sejak itulah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani disebut-sebut sebagai tokoh sufi yang mendirikan Tariqhat Qodiriyah, sebuah istilah yang tidak lain berasal dari namanya. Tariqhat ini terus berkem-bang dan banyak diminati oleh kaum muslimin. Meski Irak dan Syiria disebut sebagai pusat dari pergerakan Tariqhat ini, namun pengikutnya berasal dari belahan negara muslim lainnya, seperti Yaman, Turki, Mesir, India, hingga se-bagian Afrika dan Asia. Perkembangan Tariqhat ini semakin melesat, terlebih pada abad ke ke 15 M. Di India misalnya, Tariqhat Qadiriyah berkembang luas setelah Muhammad Ghawsh (1517 M) memimpin Tariqhat ini. Dia juga mengaku sebagai keturunan dari Syaikh Abdul Qadir al- Jailani. Di Turki ada Ismail Rumi (1041 H/1631 M) yang diberi gelar mursyid kedua dari Tariqhat Qadiriyah. Adapun di Makkah, penyebaran Tariqhat Qodiriyah sudah bermula sejak 1180 H/1669 M. Berbeda dengan beberapa Tariqhat lainnya, Tariqhat Qadiriyah dikenal sebagai Tariqhat yang luwes. Dalam pan-dangan shufi, seseorang yang sudah mencapai derajat mursyid (guru) tidak mesti harus mengikuti Tariqhat guru di atasnya lagi. Ia memiliki hak untuk memperluas Tariqhat Qadiriyah dengan membuat Tariqhat baru, asalkan sejalan dengan Tariqhat Qadiriyah. Adapun di Indonesia, Thariqat Qa-diriyah berkembang pesat yang berasal dari kawasan Makkah, Arab Saudi. Thariqat Qadiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di seluruh Pulau Jawa. Ada beberapa pesantren yang menjadi pusat pergerakan Thariqat Qadiriyah ini. Sebut saja seperti Pesan-tren Suryalaya Tasikmalaya (Jawa Ba- rat), Pesantren Mranggen (Jawa Tengah), dan Pesantren Tebuireng Jombang (Ja-wa Timur). Sebagai informasi tambahan, orga-nisasi agama di Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari Thariqat Qadiriyah adalah Nahdhatul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926. Ada juga organisasi lain seperti al- Washliyah dan Thariqat Qadiriyah Naqsa- bandiyah yang merupakan organisasi resmi di Indonesia. Karya-karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani Berikut adalah beberapa kitab yang menjadi karya tulis beliau: 1. Al-Ghunyah li Thalib Thariiq al-Haq fi al- Akhlaq wa al-Tashawuf wa al-Adab al- Islamiyah. 2. Futuh al-Ghaib 3. Al-Fath al-Rabbani wa al-Faidl al-Rahmani Demikianlah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang hidup dengan penuh pengabdiannya kepada Islam. Beliau wafat pada malam Sabtu ba’da maghrib di daerah Babul Azajwafat, Baghdad, pada tanggal 8 Rabiul Akhir 561 H / 1166 M. Jenazahnya dimakamkan di madrasahnya sendiri setelah disaksikan oleh ribuan jama’ah yang tak terhitung jumlahnya. _________________________________________

Bimo dan Dewo Ruci

.....Bimo atau Sena yang juga adalah murid guru Durno diberikan ajaran: bahwa dalam mencapai kesempurnaan demi kesucian badan ,Sena diharuskan mengikuti perintah sang Guru untuk mencari air suci penghidupan ke hutan Tibrasara. Selanjutnya dikatakan, bahwa letak air suci ada di hutan Tibrasara, dibawah Gandawedana, di gunung Candramuka, di dalam gua. Setelah sampai di gua gunung Candramuka, air yang dicari ternyata tidak ada, lalu gua disekitarnya diobrak-abrik. Raksasa Rukmuka dan Rukmakala yang berada di gua terkejut, marah dan mendatangi Sena. Namun walau telah dijelaskan niat kedatangannya, kedua raksasa itu karena merasa terganggu akibat ulah Sena, tetap saja mengamuk. Terjadi perkelahian …….Namun dalam perkelahian dua Raksaksa tersebut kalah, Kemudian sena kembali kpada gurunya,singkat cerita sena meneruskan pencarian air suci itu, yaitu ke tengah samudera. Sena berangkat pergi, tanpa rasa takut keluar masuk hutan, naik turun gunung, yang akhirnya tiba di tepi laut. Sang ombak bergulung-gulung menggempur batu karang bagaikan menyambut sena. Dengan suka cita ia lama memandang laut dan keindahan isi laut, kesedihan sudah terkikis, menerawang tanpa batas, lalu ia memusatkan perhatian tanpa memikirkan marabahaya, dengan semangat yang menyala-nyala mencebur ke laut, Alkisah ada naga sebesar segara anakan, pemangsa ikan di laut, wajah liar dan ganas, berbisa sangat mematikan, mulut bagai gua, taring tajam bercahaya, melilit Sena sampai hanya tertinggal lehernya, menyemburkan bisa bagai air hujan. Sena bingung dan mengira cepat mati, tapi saat lelah tak kuasa meronta, ia teringat segera menikamkan kukunya, kuku Pancanaka, menancap di badan naga, darah memancar deras,& naga besar itupun mati. Kembali dikisahkan Sang Wrekudara yang masih di samudera, ia bertemu dengan dewa berambut panjang, seperti anak kecil bermain-main di atas laut, bernama Dewa Ruci. Lalu ia berbicara :”Sena apa kerjamu, apa tujuanmu, tinggal di laut, semua serba tidak ada tak ada yang dapat di makan, tidak ada makanan, dan tidak ada pakaian. Hanya ada daun kering yang tertiup angin, jatuh didepanku, itu yang saya makan”. Dikatakan pula :”Wahai Wrekudara, segera datang ke sini, banyak rintangannya, jika tidak mati-matian tentu tak akan dapat sampai di tempat ini, segalanya serba sepi. Tidak terang dan pikiranmu memaksa, dirimu tidak sayang untuk mati, memang benar, disini tidak mungkin ditemukan” Kemudian dikatakan :”Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan dengan meniru juga, jadi dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah”. Wrekudara masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa sena bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”.Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”. Atas petunjuk Dewa Ruci, Sena masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri. Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati. Ada empat macam benda yang tampak oleh Sena, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci: “Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati. Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia. Lalu Wrekudara melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala- nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat. Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani. Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi- sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah. Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab. Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/ kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya. Penerima ajaran dan nasehat ini tidak boleh menyombongkan diri, hayati dengan sungguh-sungguh, karena nasehat merupakan benih. Namun jika ditemui ajaran misalnya kacang kedelai disebar di bebatuan tanpa tanah tentu tidak akan dapat tumbuh, maka jika manusia bijaksana, tinggalkan dan hilangkan, agar menjadi jelas penglihatan sukma, rupa dan suara. Hyang Luhur menjadi badan Sukma Jernih, segala tingkah laku akan menjadi satu, sudah menjadi diri sendiri, dimana setiap gerak tentu juga merupakan kehendak manusia, terkabul itu namanya, akan segala keinginan, semua sudah ada pada manusia, semua jagad ini karena diri manusia, dalam segala janji janganlah ingkar. Jika sudah paham akan segala tanggung jawab, rahasiakan dan tutupilah. Yang terbaik, untuk disini dan untuk disana juga, bagaikan mati di dalam hidup, bagaikan hidup dalam mati, hidup abadi selamanya, yang mati itu juga. Badan hanya sekedar melaksanakan secara lahir, yaitu yang menuju pada nafsu. Wrekudara setelah mendengar perkataan Dewa Ruci, hatinya terang benderang, menerima dengan suka hati, dalam hati mengharap mendapatkan anugerah wahyu sesungguhnya. Dan kemudian dikatakan oleh Dewa Ruci :”Sena ketahuilah olehmu, yang kau kerjakan, tidak ada ilmu yang didatangkan, semua sudah kau kuasai, tak ada lagi yang dicari, kesaktian, kepandaian dan keperkasaan, karena kesungguhan hati ialah dalam cara melaksanakan. Dewa Ruci selesai menyampaikan ajarannya, Wrekudara tidak bingung dan semua sudah dipahami, lalu kembali ke alam kemanusiaan, gembira hatinya, hilanglah kekalutan hatinya, dan Dewa Ruci telah sirna dari mata,keluarlah ia dari dlm samudra.

Menyelam ke Samudra Jiwa dan Ruh

Ini adalah Sinopsis dari buku karangan dari Prof. Agus Mustofa, seorang pakar tasawuf dan sains, dalam bukunya yg berjudul " Menyelam ke dalam Samudra Jiwa dan Ruh" Jiwa dan Ruh Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dibingungkan oleh pemahaman akan jiwa dan ruh. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa jiwa dan ruh itu berbeda maknanya. Masyarakat meyakini bahwa jiwa manusia itu berada di balik hati nurani. Mereka meyakini pula jika di saat kita tidur, ruh kita terbang dan ruh itu nantinya akan kembali pada kita jika Allah menginginkan. Sementara, sebagian masyarakat lainnya menganggap bahwa jiwa dan ruh bermakna sama. Jiwa adalah ruh, dan ruh adalah jiwa. Lantas, manakah yang benar? Apakah jiwa itu? Apakah jiwa memiliki persamaan makna dengan ruh? Benarkah anggapan masyarakat tentang jiwa yang bersemayam di balik hati nurani? Buku “Menyelam ke Samudera Jiwa dan Ruh” ini mengajak pembaca untuk memahami perbedaan makna jiwa dengan ruh. Pemaparan-pemaparan mengenai jiwa dan ruh detail serta kebenarannya terpercaya karena didukung oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan beberapa buku referensi lain. Pembaca diyakinkan bahwa potensi jiwa berada di balik kemampuan otak. Dengan kata lain, kekuatan otak merupakan kekuatan jiwa. Hal ini tersurat dalam buku tersebut (hal:157). Sementara, ruh adalah suatu anugerah dari Allah yang dimiliki oleh manusia. Ruh merupakan anugerah yang besar karena setiap ruh (baca: ruh manusia) mewarisi sebagian sifat-sifat Allah. Maha Suci dan Maha Besar Allah atas segala sesuatu yang dikehendakiNya. Man arafa nafsahu, waman arafa rabbahu. Barangsiapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Sudahkan kita mengenal diri kita sendiri? Mengenal jiwa dan ruh kita? Pokok pikiran-pokok pikiran berikut akan membantu dalam mengetahui lebih jauh serta memahami, apa sebenarnya jiwa dan ruh. Dimanakah keberadaan jiwa dan ruh? Apakah hubungan jiwa dengan mekanisme kerja otak? Pengertian Umum Jiwa dan Ruh Jiwa adalah dzat di dalam diri kita yang memiliki kemampuan untuk memilih. Sedangkan ruh adalah dzat yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-benda mati sekaligus menularkan sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Dengan ditiupkannya ruh, maka sesuatu yang tadinya mati, tak bernyawa, menjadi ada atau hidup. Allah mengimbaskan sebagian dari sifat-sifatNya kepada manusia lewat ruh, sehingga disamping bersifat hidup, manusia juga memiliki kehendak, kasih sayang, keikhlasan, dan sifat-sifat lain yang membuat manusia berderajat lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya yang hanya terimbas sifat hidup saja. Perbedaan Jiwa dengan Ruh 1. Berdasarkan subtansi Dalam QS. A Nahl (16):78, QS. Yusuf:22, QS. Al Insaan (76):1, dan QS. Asy Syam (91):7-10 dijelaskan bahwa jiwa merupakan dzat yang labil kualitasnya. Bisa naik, turun, kotor, bersih, dan seterusnya. Perkembangan kualitas jiwa seseorang terjadi seiring dengan pengalaman hidup, ilmu, dan umurnnya. Sementara, ruh dalam QS. Al Hijr (15):29, QS. Tahrim (66):12, QS. As Sajdah (32):9 digambarkan sebagai dzat yang selalu baik, suci, dan berkualitas tinggi. Bahkan merupakan ‘turunan’ dari Dzat Ketuhanan. Tersurat dalam buku (hal: 22). 2. Berdasarkan fungsi Jiwa adalah ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiannya. Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan atau keburukan dalam hidupnya. Pertanggungjawaban itu akan dipikul oleh jiwa ketika ia dikembalikan ke badannya pada hari kebangkitan kelak. Berbeda dengan jiwa, ruh merupakan anugerah Allah yang menularkan sebagian sifat-sifat Allah. Dengan ditiupkannya ruh, saat itulah manusia dapat bernafas. Intinya, ruh berfungsi sebagai ‘sesuatu’ yang menjadikan manusia itu hidup dan jiwa merupakan ‘sosok’ penentu setiap pilihan dalam kehidupan. Perbedaan makna jiwa dengan ruh dapat kita lihat dalam kegiatan sehari-hari. Tatkala seseorang terlelap dalam tidur, hembusan nafas dan detak jantungnya masih terdengar karena yang ditahan oleh Allah adalah jiwanya, bukan ruhnya. [QS. Az Zumar (39):42] 3. Berdasarkan sifat Jiwa berpotensi dapat merasakan kesedihan, kegembiraan, ketenangan, dll. Sedangkan ruh bersifat stabil. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan sebagai lawan dari sifat setan yang negatif. Keberadaan jiwa dan ruh Posisi Jiwa berpusat di otak, yaitu pada sektor-sektor tertentu di dalam otak. Lantas dimanakah posisi ruh? Sebagaiman kita ketahui bahwa sel merupakan unit terkecil kehidupan. Setiap sel mampu melaksanakan aktifitas kehidupan, seperti respirasi oleh mitokondria, sekresi oleh kompleks golgi, serta proses pencernaan oleh lisosom. Selanjutnya sel-sel itu bersatu membentuk jaringan-organ-sistem organ-organisme, yaitu manusia, alias kita. Secara tidak langsung kita telah menemukan jawaban bahwa ternyata ruh itu bersemayam di setiap sel tubuh. Subhanallah! Dalam buku disimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia dari unsur tanah dan kemudian meniupkan sebagian RuhNya kepada badan itu. Maka hiduplah ‘bahan organik tanah’ menjadi badan manusia. Akibat dari bersatunya badan dan ruh, sejak saat itu pula mulai aktiflah jiwa manusianya. Jadi jiwa dalah ‘akibat’. Jiwa muncul akibat interaksi antara ruh dengan badan. Jiwa dapat mengikuti petunjuk ruh lantas menuju pada kebaikan atau justru tertarik pada badan yang cenderung mengtuhankan hawa nafsu dan menggiring manusia pada keburuka Jika kita mengumpamakan aktifitas tubuh manusia sama dengan aktifitas robot, maka ruh-manusia itu bagaikan suatu operating system robot. Sementara jiwa sama halnya dengan program aplikasinya. Dan pusat pengendalian program aplikasi tersebut berada di ‘otak’ robot yaitu CPU. Dari pengandaian tersebut, jelaslah bahwa jiwa itu bersemayam di otak. Sebagaimana suatu program aplikasi yang bersemayam dan dikendalikan oleh CPU sebagai otak komputer. Berdasarkan pemahaman itu, kita tidak dapat mengelak lagi jika kekuatan otak merupakan penentu kekuatan jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan pada sel-sel otaknya, tentu akan terguncang kesehatan jiwanya. Entah besar atau kecil skala kerusakan sel-sel otak itu berdampak pada besar atau kecilnya gangguan kesehatan jiwanya. Orang yang ‘bermasalah’ dengan jiwanya, yang lebih umum kita sebut dengan ‘gila’, dalam penanganan medisnya, tidak hanya melibatkan dokter psikis atau dokter jiwa, namun juga mendapatkan intervensi dokter syaraf. Secara tersirat kesimpulan kita terbukti, jika kekuatan jiwa erat kaitannya dengan kekuatan otak. Seorang korban kecelakaan yang mengalami kerusakan pada syaraf-syaraf penciumannya, menyebabkan ia tidak mampu lagi membedakan bau benda-benda di sekelilingnya ataupun aroma masakan. Syaraf penciumannya tidak dapat mengolah dengan baik setiap implus bau atau aroma yang dikirim oleh indera penciuman, yaitu hidung. Coba bayangkan, bagaimana menderitanya orang tersebut! Bagaiman perasaanya?! Sangat tersiksa pastinya. Tidak menutup kemungkinan, jiwanya terguncang dalam persentase yang kecil atau bahkan besar. Jadi sekali lagi, kesehatan otak adalah kesehatan jiwa. Kelebihan, Kekurangan, dan Kebermanfaatan Buku Menyelam ke Samudera Jiwa dan Ruh Buku “Menyelam ke Samudera Jiwa dan Ruh” selain membantu kita dalam memahami akan makna jiwa dan ruh, juga memberikan beberapa manfaat pada kita antara lain: pertama, kita menjadi semakin tahu dan mengagumi betapa Maha Besar dan Maha Kuasa Allah S.W.T. atas apa yang diciptakanNya sebab dengan terbuka, penulis menuturkan kesempurnaan manusia sebagai ciptaaan Allah dibandingkan makhluk lainnya; kedua, kita dapat merenungi akan diri kita (manusia) serta memahami lebih jauh akan tempat atau keberadaan jiwa dan ruh dalam tubuh kita; ketiga, setelah mengetahui bahwa kita adalah makhluk yang sempurna, akan membangun rasa syukur pada Allah SWT. Ingin lebih lengkapnya monggo silakan baca sendiri.

Rabu, 05 Maret 2014

Inti Lelaku Manusia Setia Hati

INTI SARI LELAKU SETIA HATI: KITA ADALAH MAHLUK CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA DAN DIDALAM DIRI KITA. TUHAN BERSEMAYAM DIDALAM HATI SANUBARI KITA, BERUSAHALAH UNTUK MENGETAHUI DAN MENYADARI “ SANGKAN PARANING DUMADI “ DAN BERUSAHALAH SELALU MELAKSANAKAN “ HAMAMAYU HAYUNING BAWONO “ DALAM HIDUP KITA DIDUNIA, DENGAN MENGERTI “ SANGKAN PARANING DUMADI “ DAN KEMUDIAN MELAKUKAN “ HAMAMAYU HAYUNING BAWONO “ MAKA KITA AKAN MENUJU LURUS KEARAH TUJUAN AKHIR KITA, IALAH KEMBALI KEALAM ASAL MULA KITA DENGAN SEMPURNA UNTUK ITU MELATIH OLAH ROSO SECARA BERTAHAP, SEHINGGA MENCAPAI ROSO SEJATI, PERLU DILAKUKAN UNTUK SETAHAP DEMI SETAHAP LELAKU urip sajroning pati - pati sajroning urip, DALAM PERSIAPAN AKHIR HIDUP KITA SECARA SEMPURNA NANTI DENGAN MELAKUKAN LATIHAN SAPTO WASITO TOMO MAKA UNTUK MENCAPAI KASAMPURNANING GESANG ING DONYA & UNTUK MENCAPAI KASAMPURNANING KEMBALI ke SANG PENCIPTA AKAN MENDEKATI KENYATAAN. JADI INTI LELAKU MANUSIA SH: DASARNYA MENGERTI DAN MENYADARI SANGKAN PARANING DUMADI LAKU HORIZONTAL HAMAMAYU HAYUNING BAWONO LAKU VERTIKAL MANUNGGALING KAWULO GUSTI , MANUNGGALING JAGAD AGENG LAN JAGAD ALIT ALAM SEMESTA = JAGAD ALIT, BATIN MANUSIA = JAGAD AGENG. BATIN MANUSIA DI DALAM ADALAH JAGAD YANG LEBIH BESAR DARI ALAM SEMESTA DI LUAR. MANUSIA HARUS SELALU MELATIH MENYATUKAN DIRI DENGAN ALAM MELALUI: NGANGKAH Berniat teguh, sungguh2, tiada ragu secuilpun NGUKUT Menghentikan pakarti ala dari jiwa maupun raga NGIKET mengikat dan memusatkan jiwa pada satu tujuan NGRUKET, TRIKALOKA KAKUKUT mengikat dan menyatukan jagadte manungso: Janaloka/Betal Mukadas, Endraloka/Betal Mukaram, Guruloka/Betal Makmur SETIA HATI YANG DILENGKAPI DENGAN SAPTO WASITO TOMO & TIGA TINGKATAN2 JURUS SILAT NYA MERUPAKAN PENGETAHUAN DAN PETUNJUK PENTING MENUJU KASAMPURNAN AJARAN SETIA HATI BISA DIPELAJARI DAN DIPRAKTEKKAN BERDASARKAN KEMAUAN DAN KEMAMPUAN PRIBADI MASING-MASING. DARI SEKIAN BANYAK PERBENDAHARAAN ILMU CARILAH YANG PALING COCOK UNTUK DIRI SENDIRI DAN BILA MENYANGKUT ORGANISASI HORMATILAH PERATURAN ORGANISASI DAN BILA MENYANGKUT PERSAUDARAAN HARUS MENGUTAMAKAN TATA KRAMA, TEPO SELIRO DAN HAK AZASI MANUSIA. MANUSIA PADA DASARNYA SELALU BODOH DAN LAPAR SEHINGGA MEMERLUKAN ILMU PENGAJARAN UNTUK MENGURANGI KEBODOHAN DAN MENGATASI RASA LAPAR KEINGINTAHUANNYA.CARILAH ILMU SAMBIL HAMAMAYU HAYUNING BAWONO.

Selasa, 04 Maret 2014

Persaudaraan Setia Hati Terate Rayon Warugunung

Padepokan PSHT rayon warugunung beralamatkan di Ds. Warugunung , Kec Karangpilang , Surabaya. PSHT rayon Warugunung secara organisasi di bawah PSHT ranting Driyorejo Gresik.

Setia Hati Ilmu Kesempurnaan Hidup

SETIA HATI
SULUK KASAMPURNAN

SEBUAH PENELUSURAN, PENEMUAN, DAN
PENDALAMAN PRIBADI AJARAN “SETIA HATI"
I. SUATU PERTANYAAN PRINSIP
SETIA HATI BUKAN NAMA PERGURUAN, BUKAN
NAMA ORGANISASI AKAN TETAPI SUATU
AJARAN/SUATU PRINSIP HIDUP/SUATU
PETUNJUK MENUJU KASAMPURNAN
TAHUKAH KITA, APA MAKNA & TUJUAN
SEBENARNYA DARI FALSAFAH “SETIA HATI“ ?
APAKAH KITA TELAH MENYADARINYA DAN
MELAKUKANNYA ?
BAGAIMANA METODE YANG KITA
PERGUNAKAN ?
INTI FALSAFAH “ SETIA HATI “
TERDIRI DARI DUA SUKU KATA : “ SETIA “ & “
HATI “
ARTI MAKSUD :
“ SETIA (KATA PERBUATAN SATU) “ DARI DIRI
DIRI :
WADAG (diatur oleh nafas, tanah, api, dan
udara) DAN NYAWA/BADAN HALUS/KARTIKO–
SUWASONO (menjadi badan kehalusan,
dilengkapi Napsu2, dihidupkan oleh Nur
Illahi, dijaga Malaikat & para Kadang sak
kelahiran)
KEPADA HATI NURANI :
Yang dimaksud adalah NUR ILLAHI/INGSUN/
URIP LANGGENG yang bersemayam didalam
hati nurani.
Jadi:
SETIA HATI merupakan Falsafah Hidup, bahwa
manusia Setia Hati adalah manusia yang sadar
MENYATU antara WADAG (RAGA DAN NYAWA)
dengan NUR ILLAHINYA ATAU SUKMA
RAGA DAN NYAWA YANG SETIA KEPADA
“OSIKING KOLBU KANG SUCI/DAWUHING
GUSTI“
Sehingga dapat diperjelas menjadi KESETIAAN
TULUS DARI MANUSIA UTUH RAGA DAN
NYAWA KEPADA TUHANNYA YANG MAHA SUCI,
MAHA KUASA, KANG TAN KENO KINOYO
NGOPO, KANG TANPO WINATES.
MANUSIA SETIA YAITU KATA PERBUATAN
SATU.....PERBUATANNYA AKAN SAMA DENGAN
PERKATAANNYA....SATU ATAU MANUNGGAL
YAITU SUKMA KITA YANG MANUNGGAL
DENGAN GUSTI, DAWUHING GUSTI ATAU
BIMBINGAN NUR ILLAHI YANG BERSEMAYAM
DI DALAM HATI NURANI. WADAG (RAGA DAN
NYAWA) HANYALAH BUNGKUS. PERUMPAMAAN
MANUNGGAL ADALAH SEPERTI GULA YANG
MANUNGGAL DENGAN RASA MANISNYA,
SEPERTI GARAM YANG MANUNGGAL DENGAN
RASA ASINNYA, SEPERTI PENULIS YANG
MANUNGGAL DENGAN PENANYA, SEPERTI
PENARI YANG MANUNGGAL DENGAN
TARIANNYA.TERCAPAI KESADARAN BAHWA
MANUSIA HANYA RASA MANISNYA BUKAN
GULA, MANUSIA HANYA RASA ASINNNYA
BUKAN GARAM, MANUSIA HANYA PENANYA
BUKAN PENULIS, MANUSIA HANYA TARIANNYA
BUKAN PENARI.SEMUA MILIK DAN KARYA KITA
DI DUNIA HANYA MILIK SANG SUMBER
SEDANGKAN KITA HANYA ALATNYA SAJA.
SEHINGGA TERCAPAI KESADARAN TULUS YANG
DI HAYATI DENGAN BAIK BAHWA KITA SEMUA
HARUS BERTERIMA KASIH KEPADA TUHAN
YANG MAHA ESA ATAS SEMUA KEJADIAN DAN
KEADAAN YANG DIBERIKAN KEPADA KITA. KITA
HARUS NDEREK KERSANE GUSTI.

II. SAPTO WASITO TOMO
1)
TUHAN MENCIPTAKAN ALAM SEMESTA
SEISINYA DENGAN MELALUI SABDA NYA.
SEBELUM DISABDA, SEGALA SESUATU BERADA
PADA YANG MENYABDA
SEBELUM BUMI LANGIT ADA, MASIH PADANG
AWANG UWUNG BELUM TERDAPAT APAPUN,
YANG ADA ADALAH TUHAN = DZAT = HIDUP
SEMPURNANYA TUHAN = DZAT HIDUP
ABSOLUT, YANG MENGHIDUPI “
MARGA WASPADA –MARGA WASKITA –MARGA
BIJAKSANA “
GERAK DZAT HIDUP MENIMBULKAN
PENJELMAAN, YANG KEMUDIAN DISERTAI
SUARA GURUH DAHSYAT, JADILAH ALAM
SEMESTA SEISINYA “ KUN FAYAKUN “ APA YANG
DISABDAKAN MAKA JADILAH ITULAH SABDA
SANG ESA
KATA2 : TUHAN –ALLAH –DZAT –YAHWE - GOD
= TUTUR KATA MAKNAWIYAH DALAM HAKEKAT
FILSAFAT JIWA SEMPURNA DARI HIDUP TUHAN
YANG LANGGENG KATA2: TUHAN –ALLAH =
ANCAR2 SUATU PENUNJUKAN
2)
SETELAH ALAM SEISINYA DISABDAKAN, MAKA
TUHAN MENYERTAI SABDANYA
CIPTA DARI SABDA YANG ESA, ADALAH
MANIFESTASI PENJELMAAN UCAP, YANG
DISEBUT “ SUATU HIDUP YANG ESA “ CIPTA
YANG TERJADI DARI SABDA NYA,
MENGANDUNG DIA YANG MENYABDA SELAMA
ALAM SEMESTA MASIH ADA, MAKA YANG MAHA
ESA TETAP MENYERTAINYA & ADA KEHIDUPAN
DIA YANG MENYERTAI ITU, BERSEMAYAM
DALAM LUBUK HATI SANUBARI /ANGKASA
JANTUNG KEHIDUPAN BILA KEHIDUPAN ITU
DITIADAKAN, MAKA DENGAN SENDIRINYA
KEMBALI KEALAM SEMULA, IALAH ALAM
SUWUNG/SONYA {Pada kebatinan Islam Jawa,
disebutkan, Tuhan dalam diri manusia
bersemayam dalam jagadte manungso yaitu :
JONOLOKA/BETAL MUKADAS dikemaluan
manusia (rumah tempat MANUSIA di sucikan)
–ENDROLOKA /BETAL MUKARAM (rumah
tempat MANUSIA diberikan larangan-larangan)
dipusat jantung manusia –GURULOKA / BETAL
MAKMUR di ubun2 atau susuhunan manusia
(rumah tempat MANUSIA diberikan angan-
angan atau inspirasi atau kecerdasan) }
dimana ketiga Loka/Betal tersebut disebut
dengan istilah TRILOKA)
3)
BARANG SIAPA MELUPAKAN/MENINGGALKAN
AS/SUMBERNYA, MAKA IA AKAN TERGELINCIR
OLEH INGKUNGANNYA
AS/SUMBER = GELAR KESAKTIAN YANG MAHA
ESA, YANG BERSEMAYAM DALAM ANGKASA
JANTUNG MANUSIA
AS/SUMBER = INTI SUBYEKTIFITAS YANG
RELATIF = SIFAT ABSOLUT YANG MAHA ESA,
YANG SELALU DALAM LINGKUNGAN
KEHIDUPAN SEMPURNA
MENINGGALKAN AS / SUMBERNYA, BERARTI
TERGELINCIR DARI LINGKUNGAN HIDUPNYA
SENDIRI.
(Dalam kebatinan Timur, AS tersebut juga
diartikan sebagai AXIS MUNDI, ialah AS/GARIS
TEGAK LURUS yang menembus center ketiga
dunia, ialah Dunia Arwah, Dunia Manusia,
Dunia Tuhan, sehingga siapapun yang jauh
dari As tersebut, akan jauh pula dari getaran
hidup sempurna, dan demikian pula
sebaliknya)
4)
BARANG SIAPA TERLEPAS ATAU
MENINGGALKAN KESEIMBANGAN, DIA AKAN
TERGELINCIR
SECARA METAFISIKA, ARTI DARI KALIMAT
DIATAS TERSIRAT DALAM KETERANGAN SAPTO
WASITO TOMO KETIGA
PENGERTIAN LAINNYA ADALAH BAHWA
KEBERADAAN AS/SUMBER DALAM WADAG,
DIGAMBARKAN OLEH KEBERADAAN KELUAR
MASUKNYA HAWA/PRANA/NAFAS SECARA
WAJAR SEHINGGA BILA TIDAK DEMIKIAN,
PASTI AKAN MENIMBULKAN HAL2 NEGATIF
PADA WADAG JADI DIDALAM HIDUP
INI SELALU HARUS DIJAGA BERNAFAS SECARA
TERATUR SEMPURNA, SESUAI DENGAN SIKON
YANG DIHADAPI MANUSIA
(Ajaran bernafas secara benar dan sempurna,
banyak ditemukan pada bermacam aliran,
yang tergantung kepada untuk pengaturan
pernafasan tujuan apa hal itu dilakukan).
5)
BARANG SIAPA MELUPAKAN AWAL ATAU
PERMULAAN, DIA TAK AKAN MUNGKIN
MENCAPAI AKHIR ATAU TAK AKAN MUNGKIN
MENG AKHIRI NYA
SAMADIWAN HARUS MENJALANKAN PERSIAPAN
MATANG DENGANTEKAD DAN NIAT BULAT
UNTUK MEMANTABKAN JADWAL PERMULAAN
DAN PENGAKHIRAN SAMADINYA. JANGAN SE
KALI2 MELAKUKAN “ COBA2 “
NIAT MEMULAI, HARUS TELAH DILANDASI
KEBERANIAN KUAT DAN TABAH, DISERTAI
KEPERCAYAAN DIRI PENUH, UNTUK PASRAH
JIWA RAGA, PASRAH HIDUP MATI KEPADA
TUHAN YANG MAHA ESA
JANGAN DIKOTORI OLEH INGATAN SEDIKITPUN
MENGINGINKAN PAHALA KERJA DAN PAMRIH,
KARENA HAL ITU AKAN MENGGOYAHKAN
PERMULAAN KITA DAN MENGABURKAN ARAH
TUJUAN KITA
(Dalam ajaran Jawa, Sapto Wasito Tomo yang
kelima ini mengandung arti INTI yang
merupakan salah satu pokok menuju
kasampurnan, ialah KEDAH PONO DUMATENG
“ SANGKAN PARANING DUMADI “ = harus
mengetahui darimana sebenarnya hidup ini,
untuk apa hidupmu ini dan kemudian setelah
itu akhirnya kita akan menuju kemana nanti)
6)
BARANG SIAPA MENGAKUI HASIL KARYANYA
SEBAGAI MILIKNYA SENDIRI, DIA AKAN
TERBELENGGU OLEHNYA
BILA SAMADIWAN YANG KEMUDIAN MENCAPAI
TINGKAT TINGGI DAN DAPAT MENCAPAI
IDAMAN TUJUANNYA, SELANJUTNYA
MENGATAKAN BAHWA DIRINYA SUDAH
MENDAPATKAN/MEMILIKI HASIL TAPA
BRATANYA, HASIL PAHALA KERJANYA, DAN
AKHIRNYA MENGAKU BAHWA DIALAH PEMILIK
SEMUANYA INI, MAKA MEREKA ITU AKAN
TERHUKUM OLEH CIPTA/UCAPAN NYA SENDIRI
(Dalam Kejawen, amat diharamkan atau
dihindari pengakuan akan KEBISAAN/
KEISTIMEWAAN nya ini dihadapan umum atau
diri sendiri, karena hal tersebut berarti bahwa
dia masih GILA KADONYAN, bahkan condong
MENYEKUTUKAN TUHAN. Dalam Suluk
Karaton, tahap ini disebut sebagai TAHAP
SAMPAI SITIHINGGIL yang amat gawat.
Meleset sedikit maka dia akan TERBANTING
KEMULA TAPABRATA YANG AMAT SUKAR
UNTUK MEMULAINYA LAGI MENDAPATKAN
PERKENAN HYANG WIDHI)
7)
BARANG SIAPA SELALU MELATIH DIRI UNTUK
DAPAT ATAU MERASAKAN SUMBER DARI RASA,
NISCAYA IA AKAN MERASAKAN RASA YANG
SEJATI, YAITU MERASAKAN SESUATU TANPA
ALAT TUBUH (KAROSO TANPO SALIRO)
BILA INGIN MENCAPAI KESADARAN SAMADHI
YANG SEMPURNA, PERMULAANNYA HARUS
DIJALANKAN DENGAN MELAKUKAN LATIHAN2
SERIUS YANG BER ULANG2, TANPA BIMBANG
DAN RAGU APALAGI BOSAN. SEHINGGA
SETAHAP DEMI SETAHAP PENGUASAAN “ RASA “
ITU MENJADI SEMAKIN “ LICIN “ DAN LAMA
KELAMAAN MEMUNCAK KE SIKON KESADARAN
ROHANI TINGGI
DENGAN LATIHAN KONTINU DAN SERIUS,
AKAN DAPAT MENEMBUS KEALAM RAHSO
SEJATI (=ALAM DIMANA TAK ADA PERASAAN,
TAK ADA INGATAN ALAM PELEPASAN, ALAM
MERDEKA, ALAM MUKTI, NIRWANA, ALAM
MOKSA DST)
(dalam ajaran kejawen, terdapat kata2 “
SUKSMO TELENG ING SAMADI “. Dalam Suluk
Karaton, hal ini masuk dalam tahapan laku “
LEWAT KORI BROJONOLO, KEMUDIAN
BERTAHAP MASUK KEDALAM KARATON INTI.
Dalam Tasauf, hal ini masuk dalam tataran
laku OLAH ROSO untuk mencapai WAHDATUL
SUHUD, ialah MANUNGGALING ROSO KAWULO
GUSTI)

Jiwa dan Alam Semesta

Manusia seringkali tertutup untuk memahami
dan merenungkan kenyataan alam dan realitas
kehidupan yang mengitarinya. Jika pun
dipahami, tapi sebatas apa yang dapat dilihat
dan dirasakan. Bila sebatas ini yang hanya
dipahami, maka sampai kapanpun dia tidak
akan pernah sampai pada tujuan (Allah). Alam
semesta dengan berbagai realitas kehidupan
hanya dipahami dari sudut manfaatnya bagi
kebutuhan lahir, lepas dari dimensi bathin.
Oleh karena itu, tidak heran bila jiwa manusia
dikuasai oleh alam, bukan sebaliknya,
menguasai dan belajar dengan alam. Maka dari
itu, jiwanya menjadi kerdil, terpaku dan terbuai
alam. Merasa alam menguasai dirinya. Dan
tindakannya mengikuti alam dan realitas
kehidupan yang ada semu. Orang yang seperti
itu, adalah hidup tanpa tahu hakekat dirinya.
Mudah tertipu danjiwanya terselubung oleh
nafsu-nafsu kebendaan.
Lantas bagaimana seharusnya agar jiwa
manusia tidak terpengaruh oleh alam dan
kehidupan yang mengitarinya? Jawabannya
akan kita pahami dengan penjelasan berikut ini:
a. Pemahaman Pertama
Pemahaman pertama yang harus kita ketahui
adalah bahwa hakekat jiwa dan alam semesta
adalah satu lingkaran penuh. Jiwa dan alam
berada dalam satu lingkaran yang dibawah
naungan satu pencipta (Allah). ia tidak berubah
serta tidak mengenal batas akhir dan awal.
Serta tidak ada penyimpangan sedikit pun. Apa
yang dialami oleh manusia terhadap alam
sekelilingnya sebenarnya adalah satu kesatuan.
Ada siang, ada malam. Ada pagi, ada sore. Ada
baik, ada buruk. Kontradiksi alam yang dulihat
manusia itu sebenarnya tidak ada yang
berubah, andai merasa berubah itu hanya
anggapan manusia sendiri.
Satu contoh, coba kita perhatikan fenomena
terjadinya siang dan malam, apakah dengan
pergantian malam dan siang itu akan merubah
bentuk bumi atau bentuk matahari? Apakah
dengan pergantian malam dan siang itu akan
merubah waktu? Bukanlah pergantian malam
dan siang hanyalah perasaan manusia saja.
Bukanlah alam sendiri tetap seperti adanya,
tanpa ada perubahan apa-apa. Kemudian,
kenapa manusia selalu tertipu oleh kenyataan
yang seperti itu, sehingga jiwanya menjadi
sempit seolah-olah terhimpit oleh kenyataan
alam itu sendiri? Jawabannya, karena jiwa
manusia tidak dapat melepaskan diri,
terbelenggu dan terikat karena beranggapan
alam dan realitas dunia dengan segala
variasinya adalah satu tujuan, sehingga jiwa
sulit keluar dari lingkaran alam dan dunia yang
mengitarinya.
b. Pemahaman Kedua
Pemahaman kedua adalah pemahaman terjadap
jiwa manusia itu sendiri. Kalau alam itu bulat
dan luas, maka jiwa manusia itu sendiri adalah
bulat dan luas seperti alam. Jiwa manusia
menjadi terbatas adalah karena manusia itu
sendiri. Alam tidak akan pernah mempengaruhi
manusia untuk memperkecil kadar bulat
danluasnya jiwa. Ia tetap berdiri. Hanya saja
tergantung jiwa, apakah ia terpengaruh atau
tidak dari alam akan menjadi seluas apa yang
ia lihat, dan bahkan lebih. Tapi, jika dikerutkan
maka akan menjadi kecil seluas tempat
semayam jiwa itu sendiri.
Untuk memahami ini, kita ambil satu contoh
dari realitas kehidupan keseharian. Kita sering
diterpa dengan berbagai cobaan silih bergantio.
Untuk menghadapinya dan menempatkan kadar
besar kecilnya berbagai cobaan itu, bukankah
tergantung pada kelapangan jiwa kita sendiri.
Jika cobaan itu dianggap besar, maka jiwa akan
menjadi sempit. Tapi jika cobaan dianggap
kecil, maka jiwa akan bebas, lapang dan luas.
Jadi besar kecilnya jiwa dalam melihat realitas
adalah tergantung pada jiwa itu sendiri.
Realitas alam yang kita lihat, kita hadapi atau
kita jumpai sebenarnya tidak akan
mempengaruhi jiwa manusia. Hanya jiwa
manusia saja yang merasa dipengaruhi karena
begitu sempitnya jiwa.
c. Pemahaman Ketiga
Pemahaman ketiha adalah inti jiwa dan alam
itu sendiri. Inti jiwa adalah lingkaran yangluas.
Inti alam pun sebuah lingkaran luas pula. Apa
yang dilihat oleh mata sebenarnya hanyalah
“bayangan”, bukan yangsesungguhnya. Begitu
juga alam menjadi luas karena jiwa yang
melihat luas dan seluas alam itu sendiri. Besar
kecilnya alam tergantung pada jiwa manusia
masing-masing. Selama jiwa masih bersemayam
dengan perasaan yang luas, maka selama itu
pula jiwa tidak akan pernah puas.
d. Pemahaman Keempat
Orang yangmengerti tentang bagaimana luasnya
jiwa bila ia dihadapkan pada kenyataan. Ukuran
keluasan jiwa seseorang dapat diukur dari
sejauhmana ia menempatkan sesuatu pada
tempat yang seharusnya, tanpa mempengaruhi
eksistensi jiwanya. Orang yang seperti ini
adalah orang yang tidak dapat dipengaruhi
oleh sesuatu yang bersifat lahir selain apa yang
ada pada jiwanya. Dalam memahami ukuran
luas lingkaran jiwa, maka secara garis besar
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pertama, lingkaran kecil, yaitu dimana jiwa
yangasalnya luas tapi pengaruh dari hal-hal
yang kecil maka tidak dapat menguasai dirinya.
Eksistensi jiwa teracuni bahkan larut di
dalamnya. Masalah-masalah yang kecil
sesempit rongga dadanya. Yang seharusnya
tidak perlu dipikirkan, malah justru dipikirkan,
sehingga putus asa, gelisah dan hilang
keseimbangan diri. Selama lingkaran jiwanya
masih terpengaruh kepad ahal-hal kecil, maka
selama itu pula tidak akan mengerti jiwanya
sendiri.
Kedua, lingkaran sederhana, yaitu lingkaran
jiwa seluas masalah yang dihadapinya. Jiwanya
tidak terpengaruh pada masalah kecil dan
dapat menguasai jiwanya. Masih dapat bersikap
tenang dalam menghadapi masalah. Setiap
masalah dianggap hal yang biasa-biasa saja
tapa meracuni jiwanya. Fokus jiwa dapat
ditempatkan pada tempat yang semestinya.
Jiwanya tidak akan gelisah dan senantiasa
tenang meskipun dihadapkan pada masalah-
masalah yang besar.
e.  Pemahaman Kelima
Tanda-tanda orang yang mempunyai keluasan
jiwa terletak pada kepasrahan diri terjadap
alam sekelilingnya. Jiwa bukan lagi dikendalikan
oleh dirinya, tetapi dikendalikan oleh kekuatan
“Yang Tak Terbatas”, yang memiliki jiwa itu
sendiri. Andaikan ia dapat menguasai atau tidak
terpengaruh oleh alam, itu semata-mata
karunia kekuatan “Yang berada diluar jiwanya”.
Bila sese orang sampai ketingkat jiwa yang
seperti ini, berarti ia telah memiliki kekuatan
dan keluasan jiwa yang tak terbatas, sehingga
ia pun memiliki potensi untuk menguasai jiwa-
jiwa orang lain. Kemudian bagaimana caranya?
Tiada cara lain kecuali membiasakan dan
melatih diri sehingga memperoleh karunia
pengetahuan dan pemahaman tentang jiwa.
Yang memberikan karunia ini bukan dengan
usaha potensi pikiran, melainkan karunia yang
bersumber dari Pencipta Jiwa itu sendiri. Maka
dari itu, dikatakan yang 'ahli jiwa' bukan
mereka yang mempunyai segudang teori
tentang kejiwaan, melainkan mendapatkan
karunia pengetahuan hakekat kejiwaan yang
langsung diperoleh dari Sang Pencipta Jiwa,
yaitu Allah.

Album Rayon Warugunung

" Manusia bisa dihancurkan,manusia bisa dikalahkan,tetapi selama manusia itu Setia kepada Hatinya atau ber- SH pada dirinya maka selama itu pula ia Abadi dalam Kesempurnaan"

Senin, 03 Maret 2014

Panca Dasar PSHT

Dalam PSHT kita tidak hanya belajar pencak silat atau beorganisasi tapi lebih dari itu maka dari kita mengenal adanya 5 dasar PSHT , meliputi : 1.Persaudaraan. 2.Olahraga 3.Beladiri 4.Kesenian. 5.Kerohanian / Ke – SH – an. >>> 1. Persaudaraan :Persaudaraan adalah suatu hubungan batin antara manusia dengan manusia yang sifatnya seperti saudara kandung dan ini di tanamkhan sejak siswa mulai mengecap pelajaran PSHT.Dengan persaudaraan , manusia di akui dan di perlakukan sesuai dengan harkat martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya. Perlakuan ini tanpa membedakan hak dan kwajiban azasinya , kedudukan sosial ekonomi , keturunan , agama & kepercayaan , jenis kelamin dll . Yang mana Persaudaraan dalam PSHT bersifat kekal dan abadi. 2. Olahraga : Pengertian olahraga di sini adalah mengolah tubuh / raga dengan gerakan2 pencak silat yang terdapat dalam PSHT. Adapun manfa’at bermain pencak silat :- Memperbaiki suasana hati.- Menumbuhkhan rasa percaya diri- Mengurangi stress- Menguatkhan otot tubuh .- Membantu proses metabolisme dalam tubuh.- Membina kekuatan , kecepatan , ketepatan dan keseimbangan . 3. Beladiri : Dengan pencak silat yang di jiwai oleh pengenalan kepada sang pencipta dan diri pribadi maka pencak silat berfungsi sebagai alat membela diri untuk mempertahankhan kehormatan.PSHT tidak mengajarkhan beladiri asing , karena pencak silat yang berakar pada budaya asli Indonesia tidak kalah mutunya dengan beladiri asing . Dengan demikian PSHT ikut mempertahankhan dan mengembangkan kepribadian bangsa Indonesia. 4. Kesenian : Seni adalah keindahan , dimana kesenian dalam pencak silat dapat berbentuk permainan tunggal , ganda atau massal. Adapun tujuan seni dalam pencak silat :- Memelihara kaidah pencak silat yang baik dengan menumbuhkhan kelenturan , keluwesan dan keindahan gerakan yang di hubungkan dengan keserasian irama.- Sebagai latihan dalam pengembangan aspek keserasian dan keselarasan yang di harapkhan dapat berpengaruh dalam sikap dan perilaku hidupnya. 5. Kerohanin / Ke – SH – an :Di dalam PSHT , kerohanian sering di sebut dengan ke – SH- an . kerohanian merupakan sumber azasi Tuhan YME untuk mencapai Manusia yang berbudi luhur guna kesempurnaan hidup . Adapun tujuan kerohanian dalam PSHT adalah unutk mendidik anggota PSHT yang berjiwa setia hati agar di dalam menempuh kehidupan ini memperoleh kebahagian dan kesejahteraan lahir batin dunia dan akhirat. Ajaran PSHT Lewat konsep pembelajaran yang terangkum dalam Panca Dasar tersebut PSHT berupaya membimbing warganya untuk memiliki lima watak dasar yaitu : 1. Berbudi luhur tahu benar dan salah serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pemberani dan tidak takut mati. 3. Berhadapan dengan masalah kecil dan remeh mengalah, baru bertindak jika menghadapi masalah prinsip yang menyangkut harkat dan martabat kemanusiaan. 4. Sederhana. 5. Mamayu Hayuning Bawana (berusaha menjaga kelestarian, kedamaian, dan ketentraman hati). Melengkapi eksistensi sebagai organisasi cinta perdamaian, PSHT memformat warganya lewat beberapa butir filsafat perjuangan hidup, antara lain: 1. Sepiro gedhining sengsoro yen tinompo amung dadi cobo(seberat apapun cobaan yang diterima manusia jika dijalani dengan lapang dada akan diperoleh hikmah yang tidak terkira.) 2. Sak apik-apike wong yen aweh pitulungan kanthi dhedhemitan (Sebaik-baiknya manusia jika memberikan pertolongan dengan ikhlas tanpa pamrih dan tidak perlu diketahui orang lain). 3. Aja waton ngomong ning ngomong kang ngango waton (jangan suka berbuat jelek pada sesama berbuatlah kebajikan pada sesama). 4. Aja seneng gawe ala ing liyan, apa alane gawe senenge liyan (jangan suka mencelakakan orang lain, tidak ada jeleknya membuat senang orang lain). 5. Aja sok rumangsa bisa, nanging sing bisa rumangsa (jangan merasa diri paling super, tapi sadar diri dan sadar akan keberadaan orang lain). 6. Ngundhuh wohing pakarti, sapa nandur bakal ngundhuh (segala darma pasti akan berbuah, apapun perbuatan yang kita lakukan pasti akan kembali pada diri kita sendiri).